Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Harimau Benggala Mati Diduga Dimangsa Induknya Sendiri

Kompas.com - 20/10/2017, 22:18 WIB
Iqbal Fahmi

Penulis

Kompas TV Beda Induk, 2 Harimau Ini Tumbuh Bersama dan Akrab

Berita matinya bayi singa di Serulingmas, kata Mudiyono, terakhir terjadi pada pertengahan tahun 2015 lalu. Pihaknya menduga, kasusnya persis sama, yakni lahir dalam kondisi tidak normal karena kawin sedarah.

“Semua koleksi baik singa atau harimau di Serulingmas masih ada ikatan darah, ini yang menjadi kesulitan kami jika sudah masuk musim kawin,” jelasnya.

Meskipun pihaknya mengetahui bahwa bayi-bayi mamalia karnivora ini rawan sakit hingga berujung dimangsa induknya sendiri, namun upaya penyapihan antara induk dan bayi juga dinilai tidak begitu efektif untuk menyelamatkan nyawa bayi.

“Sudah pernah, waktu pertama kali bayi singa lahir di Serulingmas. Tapi tetap saja mati walaupun sudah kami beri asupan susu yang paling lengkap kandungan nutrisinya,” katanya.

Kasus matinya bayi-bayi harimau dan singa di Serulingmas dikhawatirkan akan terus terjadi ke depannya. Sebab, ungkap Mudiyono, semua koleksi kucing besar di Serulingmas masih memiliki ikatan darah.

“Baru-baru ini memang kami sempat menukar koleksi singa di Serulingmas dengan harimau benggala betina dari Ragunan, tapi harimau bernama Larasati ini sudah 8 tahun tidak bisa beranak,” ujarnya.

Menanggapi kejadian trersebut, Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Resor Wonosobo, Endi Suryo Heksianto mengatakan, pihak Serulingmas harus segera mengambil tindakan nyata untuk melakukan tukar silang dengan lembaga konservasi yang memiliki koleksi sama. Terlebih, kejadian matinya bayi keluarga kucing besar ini sudah berulang kali terjadi.

“Sebagai satu-satunya kebun binatang yang memiliki izin lembaga konservasi di eks Karesidenan Banyumas, Serulingmas, harus cepat ambil tindakan, kami dari BKSDA siap memfasilitasi,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com