"Jembatan Kaca Ngalam Indonesia ini merupakan destinasi wisata baru yang menguji adrenalin. Sekaligus penghubung Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi yang namanya sudah tersohor tidak hanya skala nasional melainkan internasional," kata Anton saat meresmikan jembatan itu pada Senin (9/10/2017) kemarin.
Utamakan keselamatan
Berdirinya jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi menambah daftar panjang bahaya yang dimungkinkan terjadi. Apalagi, jembatan itu dibangun di atas Sungai Brantas dengan cagak jembatan berada tepat di pinggir aliran sungai.
"Penampang sungai harus diperhatikan. Jangan sampai mengganggu alirannya kalau terjadi banjir," kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/10/2017).
Karenanya, Raymond meminta Pemerintah Kota Malang untuk mempersiapkan upaya mitigasi terhadap seluruh kemungkinan bencana yang akan terjadi.
Selain itu, Raymond juga meminta supaya ada sistem peringatan dini (early warning) bencana banjir di lokasi itu. Sebab, jika banjir terjadi, debit air akan naik sekitar tiga sampai empat meter. Hal itu sangat berbahaya untuk aktivitas wisata.
Menurutnya, banjir di sepanjang aliran Sungai Brantas tidak bisa diprediksi. Banjir yang termasuk paling besar terjadi pada tahun 2007 dan 2010.
"Terakhir terjadi pada tahun 2007 kemudian tahun 2010," katanya.
Baca juga: Rawan terhadap Bencana, Kampung Warna-warni di Malang Perlu Dibenahi
Raymond juga meminta supaya ada papan peringatan di lokasi itu. Peringatan akan bahaya yang kemungkinan terjadi dan peringatan supaya wisatawan tidak membuang sampai ke sungai.
"Jangan lupa untuk pengunjung kalau di situ sewaktu-waktu air bisa naik. Supaya orang yang lagi foto-foto tidak sampai terkena musibah," jelasnya.
Belum dapat izin
Selain memperingatkan soal bahaya yang kemungkinan terjadi, Raymond juga mempertanyakan izin pembangunan jembatan itu.
Ia menjelaskan, izin pembangunan di sepanjang aliran Sungai Brantas berada di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebab, Sungai Brantas termasuk dalam sungai strategis nasional.
Meski demikian, proses perizinan tetap melalui Perum Jasa Tirta I selaku pengelola.
"Kami menerbitkan pertimbangan teknisnya. Harus aman terhadap banjir," katanya.