Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Pembunuh Bos Garmen adalah Anggota Kelompok Tani dan Dikenal Baik

Kompas.com - 14/09/2017, 06:50 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Penangkapan Sutarto (56), warga Dusun Sirahan, Desa Pulokulon, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengejutkan para tetangganya.

Warga tak menyangka, Sutarto bisa ikut terlibat dalam kasus pembunuhan yang menewaskan mantan bosnya sendiri, yakni pasangan suami-istri pengusaha garmen di Bendungan Hilir, Jakarta, Husni Zarkasih (53) dan Zakiyah Masrur (53).

Jasad pasutri itu ditemukan terbungkus bedcover di sungai Klawing, Purbalingga, Senin (11/9/2017).

Sutarto dan dua orang pelaku lain, Ahmad Zulkifli (39), warga Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Tanggerang serta Engkos Koswara (33), warga Kecamatan Rancas, Ciamis, diringkus kepolisian di sebuah hotel di Purwodadi, Selasa (12/9/2017) malam sekitar pukul 19.00 WIB.

Ketiganya diketahui telah menginap di hotel kelas melati tersebut sejak Senin (11/9/2017).

Saat dibekuk, ketiga pelaku tengah asyik berkaraoke dengan ditemani tiga wanita pemandu di hotel Harmoni Indah itu.

Sutarto oleh warga desanya dikenal berkepribadian baik. Selama ini, bapak tiga anak itu tak pernah sekalipun bersinggungan dengan hukum.

Baca juga: Kronologi Pembunuhan Suami Istri Pengusaha Garmen di Benhil Jakarta

Sebagai anak mantan ketua RT, Sutarto cukup terpandang. Dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua orangtuanya adalah petani dan telah lama meninggal dunia.

Sudah puluhan tahun Sutarto merantau ke Jakarta. Ia pun sering pulang ke kampung halaman karena tercatat sebagai bendahara kelompok tani di desanya.

"Sejak kecil Kang Tarto itu nggak neko-neko dan jauh dari perbuatan negatif. Sama warga juga baik sosialisasinya. Kami terus terang kaget begitu mengetahui informasi itu. Kalau pulang biasanya bertani. Punya sawah 1.200 meter persegi," kata Kepala Dusun Sirahan, Sentot Suwarno saat ditemui Kompas.com, Rabu (13/9/2017) sore.

Menurut Sentot, sejak merantau ke Jakarta hingga bekerja di industri garmen, kondisi perekonomian Sutarto mulai berubah lebih baik. Bahkan tiga tahun lalu, Sutarto sempat membuka usaha konveksi kecil-kecilan.

"Rumahnya diplester keramik dan ditembok. Kang Tarto juga mulai membuka usaha konveksi dengan 15 unit mesin jahit beserta belasan pekerja di rumahnya. Sayang, usahanya bangkrut. Sutarto pun kemudian mulai kesulitan ekonomi karena dipecat juga," terang Sentot.

Sentot menambahkan, Sutarto mulai kelimpungan sejak dipecat dari industri garmen setahun lalu. Dia akhirnya pontang-panting ke sana ke mari mencari pinjaman uang guna memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Sebagai anggota kelompok tani, tiga pekan yang lalu Sutarto sempat utarakan keinginan pinjam uang Rp 40 juta dalam program pemerintah. Sebelumnya pernah pinjam Rp 20 juta dan lunas. Kasihan Kang Tarto ekonominya carut marut sejak dipecat, apalagi salah satu anaknya butuh uang untuk operasi. Terakhir pulang lebaran kemarin," ungkap Sentot.

Baca juga: Mobil dan Rp 100 Juta Diamankan dari Tersangka Pembunuhan Pengusaha Garmen

Menurut Sentot, keluarga Sutarto hengkang dari rumah setelah santer berita penangkapan itu. Katirah, istri Sutarto bahkan berpamitan hendak berupaya menjenguk suaminya itu.

"Bu Katirah pergi mau menengok Kang Tarto. Mereka semua menangis tak percaya. Istrinya bahkan kaget jika ternyata Kang Tarto telah dipecat bekerja. Kang Tarto itu tidak cerita sama keluarganya kalau sudah dipecat," pungkas Sentot.

Kompas TV Pembunuh Pasutri Pengusaha Garmen Ini Ditangkap
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com