Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Pria Asal Bantul Buat Alat Bantu Tuna Netra Belajar Matematika

Kompas.com - 24/08/2017, 17:46 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

Kompas TV Caranya adalah dengan mengecat telur dengan berbagai warna.

Sementara geoboard, berupa papan kayu berbentuk persegi panjang yang permukaannya telah ditancapkan puluhan paku. Konon antarpaku yang tertancap di permukaan kayu itu memiliki jarak sekitar dua sentimeter.

Serupa dengan puzzle, geoboard ini juga untuk mengenalkan bangun datar kepada penyandang disabilitas. Hanya medianya berupa karet yang dikaitkan di paku-paku geoboard tersebut.

"Alat ini untuk memamahamkan tuna netra dalam mencari luas bangun datar. Persegi misalnya, mereka dengan mudah mengetahui luasnya dengan alat ini," kata Janu.

Baca juga: Jaring Apolo, Inovasi Azis untuk Ganti Cantrang dengan Alat yang Efektif dan Ramah Lingkungan

Lulusan Pendidikan Matematika ini ingin penyandang tuna netra memiliki kemampuan yang sama dengan manusia normal dengan alat bantu belajarnya tersebut. Selain itu, ia tak mau penyandang tuna netra menjadi korban penipuan karena tidak akurat dalam mengukur ukuran satuan maupun derajat.

"Saya ingin motivasi belajar tuna netra meningkat khususnya di bidang matematika. Karena banyak yang pintar tapi karena motivasi kurang, mereka tidak maksimal. Dan untuk penggaris taktual dan busur taktual jarang ditemukan," sebutnya.

"Dengan alat ini juga, guru tidak boleh beralasan lagi sulit membantu penyandang tuna netra belajar matematika. Tidak perlu menunggu pengadaan atau biaya banyak, karena alat bantu belajarnya bisa dibuat dengan bahan yang sederhana," tambah dia.

Sekedar informasi, penyerahan penghargaan pelaku inovasi itu rangkaian kegiatan peringatan Hari Kebangkitan teknologi nasional 2017. Seleksi pelaku inovasi daerah tersebut dulakukan pada Maret 2017 sampai Juni 2017.

Juri yang terlibat dalam seleksi itu, antara lain unusr Dewan Riset Daerah DIY, LIPI, dan akademikis. Karya-karya yang masuk nominasi sempat dipamerkan di Pameran Pembangunan DIY pada 18-22 Agustus 2017 di Taman Pintar.

Sekda DIY, Gatot Saptadi, mengatakan, adanya penghargaan itu sebagai komitmen bersama-sama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di DIY, yaitu masalah kemiskinan pengangguran dan kesenjangan pendapatan.

Menurut dia, mereka yang berprestasi berinovasi dan berkreasi itu menujukkan DIY memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat luar biasa.

"Maka dari itu saya mengajak segenap masyarakat DIY untuk terus mengembangkan inovasi agar dapat memberikan kontribusi perekonomian dan pembangunan daerah yang kita cintai ini dan kedepan semakin berhasil dan semakin lebih baik," kata Gatot.

Gatot meyakini, dengan terus menerus meningkatkan inovasi dan penguasaan teknologi hampir pasti hasilnya akan mendorong pertumbuhan DIY menjadi daerah yang maju. Selain itu, peningkatan inovasi dan penguasaan teknologi itu juga sebagaiu bekal di era global agar DIY tetap menjadi daerah yang maju dan sejahtera.

"Saya juga menitipkan kepada para pimpinan SKPD yang terkait untuk terus-menerus memberikan support kepada para pelaku inovasi untuk terus bisa mengembangkan diri dan bisa memberi kontribusi kepada kemajuan di DIY," ujar Gatot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com