Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Pria Asal Bantul Buat Alat Bantu Tuna Netra Belajar Matematika

Kompas.com - 24/08/2017, 17:46 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Janu Arlin Wibowo tersenyum simpul ketika mendapatkan penghargaan di bangsal Kepatihan, Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Kamis (24/8/2017). Bukan tanpa sebab, hasil karyanya mendapatkan predikat juara 1 kategori individu dalam seleksi pelaku inovasi daerah di DI Yogyakarta.

Pria berusia 27 tahun ini menciptakan sejumlah alat bantu untuk mempermudah penyandang tuna netra dalam mempelajari matematika. Judul karyanya ia namakan Inovasi Bahan Ajar Audio Taktual Materi Bangun Datar Guna Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Tuna Netra.

Pria asal Pedukuhan Bajang RT 2, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul ini merupakan satu dari dari lima pelaku inovasi yang mendapatkan penghargaan dalam seleksi pelaku inovasi daerah di DI Yogyakarta untuk kategori individu.

Alat bantu belajar karya Janu itu berupa geoboard, busur taktual, penggaris taktual, dan puzzle khusus tuna netra.

Empat alat bantu itu terbuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan di rumah. Penggaris taktual misalnya, bahannya hanya dari karton bekas tipis dengan dilengkapi angka dan satuan ukuran berbahasa braile.

"Saya buat alat bantu belajar ini untuk membantu penyandang tuna netra yang kesulitan dalam belajar matematika khususnya dalam mengeksplor bentuk bangun datar, satuan ukuran panjang dan ukuran sudut," kata Janu ketika berbincang dengan Kompas.com.

Baca juga: Jetnet, Inovasi Mahasiswa Undip untuk Penyandang Tuna Netra

Dia menyebutkan, selama ini penyandang tuna netra kesulitan mengeksplorasi bentuk bangun datar, satuan ukuran panjang, dan ukuran sudut. Meski di sekolah diajarkan ketiga hal tersebut, lanjut dia, penyandang tuna netra tidak bisa akurat dalam membayangkan bentuk bangun datar, satuan ukuran panjang, dan ukuran sudut.

"Dari situ saya tercetus untuk membuat alat-alat bantu belajar itu. Karena awalnya saya sering bertemu dengan teman-teman tuna netra di berbagai tempat. Dari situ saya lihat ada masalah, karena mereka merupakan orang yang berkebutuhan khusus, sehingga butuh alat khusus juga," kata sarjana lulusan tahun 2012.

Selama ini ucap Janu, penyandang tuna netra mengenal matematika seperti halnya mengenal sastra. Artinya sebut dia, matematika dianggap para penyandang tuna netra seperti ilmu hafalan karena pengetahuannya hanya dibacakan gurunya.

"Mereka juga tahu 5x7 itu hasilnya berapa. Tapi mereka tidak tahu seberapa akurat itu lima sentimeter," kata Janu.

"Selama ini mereka hanya mengira-ngira. Misalnya untuk ukuran panjang, mereka pakai sejengkal, satu jari, atau dua jari. Makanya dengan adanya penggaris taktual, mereka bisa lebih akurat mengukur panjang," tambah dia.

Sama halnya dengan derajat kemiringan, penyandang tuna netra sulit untuk membayangkannya.

"Itu sebabnya pula busur taktual terbuat dari kertas karton tipis dibuat menyerupai busur pada umumnya. Di pinggirannya terdapat angka dan ukuran sudut dalam huruf braile. Mereka bisa tahu sin90 derajat, tapi 90 derajat mereka tidak tahu," kata dia.

Puzzle khusus karya Janu juga terbuat dari karton tebal yang dimodifikasi. Di tengah karton tebal itu terdapat ruang yang berbentuk bangun datar untuk diisi kepingan puzzle. Penyandang tuna netra bisa mengenali bentuk-bentuk bangun datar melalui puzzel khusus itu.

"Alat ini untuk stimulus bagi penyandang tuna netra untuk orientasi bentuk bahan bangun datar. Selain mereka menyusun kepingan puzzle," kata Janu.

Sementara geoboard, berupa papan kayu berbentuk persegi panjang yang permukaannya telah ditancapkan puluhan paku. Konon antarpaku yang tertancap di permukaan kayu itu memiliki jarak sekitar dua sentimeter.

Serupa dengan puzzle, geoboard ini juga untuk mengenalkan bangun datar kepada penyandang disabilitas. Hanya medianya berupa karet yang dikaitkan di paku-paku geoboard tersebut.

"Alat ini untuk memamahamkan tuna netra dalam mencari luas bangun datar. Persegi misalnya, mereka dengan mudah mengetahui luasnya dengan alat ini," kata Janu.

Baca juga: Jaring Apolo, Inovasi Azis untuk Ganti Cantrang dengan Alat yang Efektif dan Ramah Lingkungan

Lulusan Pendidikan Matematika ini ingin penyandang tuna netra memiliki kemampuan yang sama dengan manusia normal dengan alat bantu belajarnya tersebut. Selain itu, ia tak mau penyandang tuna netra menjadi korban penipuan karena tidak akurat dalam mengukur ukuran satuan maupun derajat.

"Saya ingin motivasi belajar tuna netra meningkat khususnya di bidang matematika. Karena banyak yang pintar tapi karena motivasi kurang, mereka tidak maksimal. Dan untuk penggaris taktual dan busur taktual jarang ditemukan," sebutnya.

"Dengan alat ini juga, guru tidak boleh beralasan lagi sulit membantu penyandang tuna netra belajar matematika. Tidak perlu menunggu pengadaan atau biaya banyak, karena alat bantu belajarnya bisa dibuat dengan bahan yang sederhana," tambah dia.

Sekedar informasi, penyerahan penghargaan pelaku inovasi itu rangkaian kegiatan peringatan Hari Kebangkitan teknologi nasional 2017. Seleksi pelaku inovasi daerah tersebut dulakukan pada Maret 2017 sampai Juni 2017.

Juri yang terlibat dalam seleksi itu, antara lain unusr Dewan Riset Daerah DIY, LIPI, dan akademikis. Karya-karya yang masuk nominasi sempat dipamerkan di Pameran Pembangunan DIY pada 18-22 Agustus 2017 di Taman Pintar.

Sekda DIY, Gatot Saptadi, mengatakan, adanya penghargaan itu sebagai komitmen bersama-sama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di DIY, yaitu masalah kemiskinan pengangguran dan kesenjangan pendapatan.

Menurut dia, mereka yang berprestasi berinovasi dan berkreasi itu menujukkan DIY memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat luar biasa.

"Maka dari itu saya mengajak segenap masyarakat DIY untuk terus mengembangkan inovasi agar dapat memberikan kontribusi perekonomian dan pembangunan daerah yang kita cintai ini dan kedepan semakin berhasil dan semakin lebih baik," kata Gatot.

Gatot meyakini, dengan terus menerus meningkatkan inovasi dan penguasaan teknologi hampir pasti hasilnya akan mendorong pertumbuhan DIY menjadi daerah yang maju. Selain itu, peningkatan inovasi dan penguasaan teknologi itu juga sebagaiu bekal di era global agar DIY tetap menjadi daerah yang maju dan sejahtera.

"Saya juga menitipkan kepada para pimpinan SKPD yang terkait untuk terus-menerus memberikan support kepada para pelaku inovasi untuk terus bisa mengembangkan diri dan bisa memberi kontribusi kepada kemajuan di DIY," ujar Gatot.

Kompas TV Caranya adalah dengan mengecat telur dengan berbagai warna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com