Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menderita Kanker, Lusia Hanya Bisa Tergolek di Rumah Tetangga

Kompas.com - 22/08/2017, 21:32 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Kompas TV Buah dan Sayur Diperlukan Untuk Gizi Seimbang

Kondisi kesehatan Lusia yang semakin menurun tidak membuat sikap suaminya berubah menjadi lebih perhatian. Selama 6 bulan terakhir, Lusia di rawat dan tinggal di rumah sederhana milik Katemi, tetangganya.

Awalnya, Katemi dibayar oleh suami Lusia Rp 1,5 juta per bulan untuk merawat dan mencukupi kebutuhan Lusia. Namun karena Lusia ditempatkan di lantai dua, dan Katemi kelelahan karena harus naik turun, dia kemudian meminta agar Lusia tinggal di rumahnya. Selain itu agar Lusia tidak kesepian jika ditinggal.

Selama lima bulan, Katemi rutin mendapatkan bayaran namun sejak sebulan terakhir, suami Lucia sudah tidak pernah datang ke rumah Katemi untuk menjenguk istrinya termasuk membayar Katemi.

"Saya tidak punya siapa-siapa lagi di Banyuwangi. Jika tidak ada Bu Katemi saya enggak tau bagaimana nasib saya. Beliau yang ngurus saya. Wira wiri kemana-mana termasuk ngurus pengobatan ke rumah sakit. Bu Katemi dan keluarganya menerima saya padahal saya bukan siapa-siapa mereka," kata Lusia sambil menahan air mata.

Dia semakin terpukul saat suaminya menceraikannya hanya melalu pesan di ponsel dan meyuruhnya mengambil surat cerai sendiri di pengadilan. Padahal sebelumnya tidak ada pemberitahuan terkait rencana perceraian. Namun dia sempat mendengar jika suaminya telah menikah lagi.

"Rasanya sakit hati saya. Saat masih sehat semua penghasilan untuk dia tapi sekarang saya dibuang seperti ini," kata Lusia sambil menangis dan mengusap air mata dengan ujung selimutnya.

Baca juga: Ambulans Dinkes Tak Datang, Pasien Kanker Diangkut Pakai Pikap ke RS

Sementara Katemi yang duduk di tepi ranjang berusaha menenangkan Lusia dan memijat kaki Lusia yang kurus kering. "Walaupun saya enggak dibayar, saya ikhlas buat ngerawat mbak Lusi. Ini demi kemanusian," ujarnya sambil tersenyum.

Perempuan yang rambutnya dipenuhi dengan uban itu bercerita ada peristiwa yang membuat dia sedih berkepanjangan yaitu ketika dia dan suaminya mengendarai sepeda motor ke Malang untuk mengurus pengobatan Lusia.

Setelah menempuh perjalanan hampir 8 jam dan mengantre sejak jam 5 pagi, dia diberi tahu petugas rumah sakit Syaiful Anwar jika kartu BPJS milik Lusia sudah tidak berlaku karena dicabut statusnya oleh suami Lusia. Padahal Lusia harus segera menjalani kemotrapi.

"Saat tahu BPJS mbak Lusi tidak berlaku lagi saya rasanya lemes dan langsung ke parkiran dan membangunkan suami saya yang masih tidur di atas sepeda motor. Langsung pulang ke Banyuwangi saat itu juga. Kok ya tega padahal kondisi mbak Lusi sudah kayak gini. Selain itu kenapa enggak ngomong padahal rumah yang disewa bertetangga dekat dengan saya," ucapnya.

Katemi bukan hanya sekedar menyiapkan makanan untuk Lusia, tapi juga memandikan dan membersihkan tubuh Lusia saat buang air besar dan buang air kecil. Dengan telaten, dia juga menggunting kuku Lusia yang panjang dan membantu Lusia untuk memiringkan tubuh jika Lusia merasa pegal karena tidur terlentang sepanjang waktu.

Dia melakukan hal tersebut dengan pelan dan hati-hati karena kondisi tulang Lusia sudah rapuh dan kondisi tulang paha sebelah kiri juga sudah patah.

Saat ini Lusia tinggal di kamar sederhana di rumah Bu Katemi. Untuk kesehatannya dipantau rutin oleh petugas dari puskesmas setempat termasuk juga penyediaan obat-obatan serta pampers yang digunakan Lusia. Sedangkan untuk BPJS Lusia sedang diurus oleh perangkat desa dengan meminta surat keterangan pindah dan akan dimasukkan kedalam KK Bu Katemi.

"Jika nama mbak Lusi sudah masuk ke kartu keluarga saya kan tenang. Nggak apa-apa karena yang penting dia bisa sehat lagi. Saya sering bilang enggak usah mikir macem-macem. Fokus sehat," kata dia.

Untuk kebutuhan sehari-hari, Katemi bekerja serabutan di pasar dan mengandalkan gaji pensiun suaminya.  Selain itu, dia juga masih harus memibayai kuliah anak bungsunya yang sudah masuk semester akhir.

"Di pasar banyak yang bisa dilakukan tapi sekarang enggak bisa lama-lama di pasar soalnya kasihan Mbak Lusi kalau ditinggal kelamaan. Kalau ngomong rejeki pasti ada jalan keluar. Gusti Allah tidak akan tidur. Itu yang selalu saya bilang ke mbak Lusi," pungkasnya. 

Baca juga: Buat Kerajinan, Rosani Berharap Bisa Biayai Pengobatan 3 Kanker yang Dideritanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com