Kehandalan Catur bermain catur juga diketahui Suparni (68) neneknya sejak masih kecil. Sebelum mengenal catur dari sang kakek, nenek Catur jago bermain kelereng.
"Dulu dia suka main kelereng. Biasanya kalau pulang main kelereng, cucu saya itu membawa banyak kelereng. Padahal dari rumah dia hanya bawa dua buah kelereng saja. Kemudian kakeknya mengajari bermain skak," kata Suparni saat ditemui di rumahnya Dusun Soka, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Pacitan.
Prestasi yang ditorehkan Catur membuat Suparni bangga. Kendati berasal dari keluarga tak mampu, Catur bisa membuat keluarga dan masyarakat di Pacitan bangga atas prestasinya. "Saya sangat bangga meski bapaknya buruh dan ibunya kerja cari rumput tetapi Catur bisa mengangkat nama Pacitan," katanya.
Sementara itu, pelatih Catur di Percasi Pacitan, Resi Adji mengatakan Catur memiliki bakat luar biasa sejak kecil. "Anaknya memang pendiam. Tetapi Catur memiliki semangat dan ambisi yang tinggi. Sepertinya dia sudah menyatu dengan catur," kata Adji.
Prestasi yang ditorehkan Catur pada kompetisi tingkat Asia di China membuatnya bangga. Ia tak menyangka muridnya itu bakal meraih tiga medali emas sekaligus. Adji berharap pemerintah pusat memberikan perhatian terhadap prestasi yang diraih Catur. Pasalnya anggaran dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta per tahun tidak cukup untuk membina atlit seperti Catur yang sudah bertanding di tingkat internasional.
"Catur prestasinya sudah tingkat internasional. Kalau mengandalkan anggaran dari maka belum membiayai Catur ketika harus bertanding di tingkat internasional. Untuk itu kami mohon pemerintah pusat membantu Catur agar bisa banyak berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia ditingkat internasional," ucap Adji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.