Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dino Umahuk

Dino umahuk adalah sastrawan Indonesia kelahiran Maluku. Selain menulis puisi, ia juga menulis kolom dan menyutradarai film dokumenter. Ia kini mengajar di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Garuda di Dadaku, Kuching di Perutku

Kompas.com - 10/08/2017, 14:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Pedagang sayur di Serikin terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama adalah pedagang sayur yang umumnya merangkap sebagai petani, sedangkan lainnya adalah pedagang pengumpul atau orang yang diupah petani untuk membawa sayur ke pasar.

Kebanyakan mereka berasal dari Kecamatan Sanggau Ledo dan Tujuh Belas (Kabupaten Bengkayang) serta Seluas (Kabupaten Sambas) dengan jumlah sekitar 250 pedagang.

Langganan utama pedagang sayur kelompok ini adalah pedagang pengepul (disebut tauke) dari kota-kota besar di Sarawak terutama Kuching (Ibukota Sarawak) dan Sibu. 

Setiap tauke biasanya sudah menjalin kerjasama dengan sekitar 20 pedagang sayur. Walau tidak ada kewajiban petani menjual sayur kepada tauke tertentu, pedagang lebih mudah menjual sayur jika sudah ada langganan tauke tertentu.

Setelah sayur terjual dan beristirahat sebentar, petani sayur akan membeli barang kebutuhan sehari-hari seperti gula, minyak goreng, minuman coklat di Serikin dan langsung pulang.

Di luar hari pasar, jika memerlukan pasokan sayur dengan segera, tauke akan menelepon petani langganan dan petani akan membawa sayur sesuai perjanjian.

Pedagang sayur datang ke Serikin menggunakan kendaraan bermotor roda dua yang banyak di antaranya tidak memiliki nomor kendaraan. Mereka tidak mau pusing jika ada razia oleh polisi Indonesia, kalau polisi mau, ambil saja motor butut penuh lumpur tersebut.

Sepeda motor bisa digunakan untuk membawa sekitar 1 sampai 3 kwintal sayuran tergantung ukuran sayurannya dan pengalaman membawa banyak sayur menggunakan sepeda motor. Mereka lebih suka pergi berombongan supaya dapat saling menolong jika terjadi kecelakaan di perjalanan.

Kelompok kedua adalah pedagang sayur eceran yang semuanya perempuan dan juga berasal dari Kabupaten Bangkayang dan Kabupaten Sambas.

Mereka datang menggunakan ojek motor dan tidak membawa sayur karena dibeli dari petani sayur (kelompok pertama). Mereka datang setiap hari Kamis sehingga dapat membeli sayur ke petani sayur dan pulang pada hari Minggu.

Pedagang eceran sayur harus menginap selama tiga malam di Serikin di pondok ukuran 2x2 meter dengan sewa rata-rata RM 70 per bulan. Di pondok inilah mereka menyimpan peralatan masak. Sedangkan sayuran yang tidak habis terjual, diletakkan begitu saja di depan pondok tanpa ada yang mencuri.

Harga barang yang dijual disini semuanya dalam hitungan mata uang Ringgit. Walaupun yang berjualan sebagian warga Indonesia, mereka biasanya tidak menerima pembayaran dalam bentuk Rupiah.

Tapi tak ada salahnya untuk mencoba bertransaksi dengan Rupiah. Kalau Anda beruntung bisa saja Rupiah Anda akan diterima dalam bertransaksi di Pasar Serikin ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com