Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dino Umahuk

Dino umahuk adalah sastrawan Indonesia kelahiran Maluku. Selain menulis puisi, ia juga menulis kolom dan menyutradarai film dokumenter. Ia kini mengajar di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.

Garuda di Dadaku, Kuching di Perutku

Kompas.com - 10/08/2017, 14:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

 

“Pasar kaget” yang terletak di wilayah Indonesia di sekitar Pintu Perbatasan Lintas Batas (PPLB) Entikong dipindah agak jauh dari lingkungan PPLB. Konsekuensinya adalah pengunjung dari Malaysia diwajibkan menggunakan paspor untuk masuk ke wilayah Indonesia.

Selain itu, berbagai ketidaknyamanan di Pasar Entikong seperti banyaknya orang yang berdagang valuta asing dan paksaan membawa barang belanjaan dengan memungut bayaran menyebabkan pengunjung semakin berkurang dan akhirnya mendorong pedagang yang semula berdagang di Entikong berpindah ke Pasar Serikin.

Pasar Serikin semakin berkembang karena orang Malaysia merasa lebih aman dan nyaman belanja di wilayahnya sendiri.

Kegiatan di Pasar Serikin sangat menguntungkan penduduk Kampung Serikin. Ada sekitar 300 pedagang Indonesia di sini. Penghasilan penduduk Serikin dari pasar Serikin bersumber dari penyewaan lokasi berjualan, sewa kamar sebagai tempat penginapan, dan penyimpanan barang dagangan dan usaha tempat parkir pengunjung.

Pemerintah Malaysia pernah ingin menutup pasar ini karena menurut peraturan, orang asing tidak diperbolehkan berdagang di Malaysia tanpa visa kerja. Namun karena mendapat tantangan dari penduduk setempat, akhirnya kegiatan di Pasar Serikin berlangsung sampai sekarang.

Pengunjung Serikin sangat ramai terutama menjelang hari raya Idul Fitri, Natal, dan Gawai Dayak atau pada waktu libur sekolah. Pasar Serikin juga banyak dikunjungi turis.

Berbagai barang dijual di sana. Ada baju, mainan anak-anak, cinderamata Malaysia buatan Indonesia, perlengkapan pengantin sampai berbagai makanan ringan dan ikan kering.

Selain itu ada juga dijual sayuran segar yang pembelinya berasal dari Kuching dan sekitarnya yang pergi ke Serikin untuk bertamasya sekalian belanja keperluan sehari-hari.

Ada juga beberapa rumah makan di Pasar Serikin yang dikelola orang Indonesia, kecuali pedagang sayur. Kebanyakan pedagang barang kelontong berasal dari tempat yang cukup jauh dari perbatasan seperti Pontianak dan Singkawang (Kalimantan Barat) dan bahkan Jawa Barat.

Pedagang sayur antar negara

Penduduk di perbatasan Indonesia-Malaysia biasa berkata “Garuda di Dadaku, Kuching (Malaysia) di Perutku”.

Ungkapan tersebut menunjukkan kesetiaan mereka terhadap Indonesia walau mereka terpaksa mencari nafkah di Malaysia antara lain dengan menjadi pedagang lintas batas.

Mereka bolak balik berdagang ke Malaysia tanpa perlu menetap di sana karena diizinkan oleh Pemerintah Malaysia.

Mereka adalah pedagang sayur antar negara/lintas batas yang berasal dari desa-desa perbatasan di Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dan berdagang di Serikin, Sarawak.

Tidak ada pilihan bagi mereka selain menjual produk pertanian ke negara tetangga yang lebih dekat. Sayuran bisa dibawa dengan sepeda motor sehingga ongkos angkut menjadi relatif murah.

Perdagangan di Serikin semakin ramai ketika pengunjung dari Malaysia lebih suka berbelanja di Serikin daripada ke Entikong (Kabupaten Sanggau). Produk yang dijual tidak hanya sayur-mayur tetapi juga barang kelontong. Produk pertanian yang dijual di Serikin juga semakin bervariasi.

Pada awalnya produk yang dijual terbatas pada tanaman bukan sayur karena penduduk lokal di daerah perbatasan lebih mengandalkan tumbuhan hutan sebagai sayuran.

Dengan adanya transmigran dari Jawa di daerah perbatasan, produksi sayuran hasil budidaya laku dijual di negara tetangga. Penduduk lokal semakin tertarik untuk menjadi petani sayur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com