Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Danau Toba Tercemar, Warga Terpaksa Jalan Kaki 3 Km untuk Dapat Air Bersih

Kompas.com - 13/06/2017, 07:00 WIB

Air danau di di depan rumah Boru Nainggolan sudah tampak keruh dipenuhi lumut, sisa pakan ikan atau pelet, sampah plastik, eceng gondok dan berbagai sampah tumbuh-tumbuhan. Kondisi perairan seperti ini tampak hampir di seluruh penjuru Desa Huta Ginjang.

Keramba berbentuk bulat dan berjejar yang dibarengi dengan rumah apung kecil. Rumah apung berwarna biru dan berisi karung pakan ikan yang tersusun bertumpuk. Kapal pengangkut pakan ikan pun lalu-lalang.

Beberapa pekerja keramba beraktivitas menabur pakan ikan, seperti pekerja pada perusahaan umumnya, rutinitas pekerja dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 17.00 WIB.

Menurut warga, pakan ikan yang ditabur ke danau telah memengaruhi rasa dan warna air Danau Toba, semula bening dan tawar, kini jadi keruh. Rasa air Danau Toba yang dulu enak diminum kini saat diteguk memiliki rasa-rasa tidak mengenakkan tenggorokan.

Kebiasaan warga sebelum adanya aktivitas KJA, seperti sepulang dari ladang langsung ke Danau Toba dan bisa langsung menenggak air danau, kini sudah tidak ada lagi. Warga takut langsung mengonsumsi air danau sebagai air minum maupun memasak. Kalau pun dimanfaatkan, air danau digunakan untuk mandi, mencuci dan kakus.

Desa Silimalombu, desa tetangga Huta Ginjang Lontung yang berjarak 50 menit dari Tomok, juga dipenuhi keramba milik PT Aquafarm Nusantara. Kondisinya membuat lebih miris. Warga terpaksa mengonsumsi air danau yang sisa-sisa pakan ikan, dan berlumut, lantaran tidak memiliki sumber air minum alternatif lain.

"Sumber air minum kami dari danau ini saja. Dari mana lagi kami mau ambil. Kalau dulu memang jarang masak air minum kami, karena bisa langsung minum air danaunya, sekarang wajib masak. Masak airnya pun harus benar-benar mendidih. Sejak ada keramba itulah begini kami," ujar Boru Gultom.

Didampingi suaminya, marga Sitohang, Boru Gultom menyampaikan selain air minum, warga juga memanfaatkan air danau untuk aktivitas mandi, mencuci dan kakus. Namun tidak seperti dulu, yaitu langsung mencuci dan mandi di danau.

Saat ini, warga sudah mengalirkan air danau menggunakan pompa air ke rumah dan sisa air cucian pun tidak langsung dialirkan ke danau.

"Dulu kami mandi dan cuci di danau. Sekarang enggak lagi. Kami udah buat pipa-pipa ke rumah. Tidak ada lagi limbah mandi dan cuci kami di danau. Sudah di rumah kami nyuci dan mandi," ujarnya.

Air berubah warna

Menurut Boru Gultom, belakangan dibangun sumur bor air minum. Namun kualitas air dari sumur bor ini lebih memprihatinkan dari air danau.

"Bau karat airnya. Enggak terminumlah," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com