Sebelum memproduksi kopi, para petani di Dusun Prabe hanya menjual biji-biji kopi ke pasar. Pendapatan mereka pun hanya pas-pasan. Berkat ide Tirtawan, biji kopi ini kemudian diolah menjadi kopi bubuk siap seduh.
Dulu bernama Kopi Lombok
Misbah menceritakan, pengolahan kopi di Dusun Prabe mulai dikembangkan tahun 2005 bersama para kelompok tani Mule Paice. Awal mulanya memang banyak kegagalan. Saat itu, satu kuintal biji kopi yang dibeli, 99 persen tidak bisa terjual.
"Awalnya kita sangrai pertama ada yang terlalu gosong, ada yang terlalu muda, jangankan dijual, sekadar untuk dikonsumsi sendiri saja tidak enak. Banyak sekali tantangannya," kenang Misbah.
Namun dengan tekad kuat, mereka terus mencoba membuat kopi bubuk hingga akhirnya menjualnya ke kios-kios dan pedagang pasar. Beberapa keluhan konsumen soal rasa kopi, dijadikan sebagai saran untuk perbaikan kopi.
"Karena kita kan di sini rata-rata petani kopi. Niat kita untuk meningkatkan ekonomi, jelas harus bisa mengembangkan (kopi)," kata Misbah.