Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tukang Urut dan Anak-anaknya yang Berprestasi

Kompas.com - 04/05/2017, 11:47 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Iswandi mengandalkan keahliannya sebagai tukang urut dan memelihara ternak milik tetangganya. Upah yang diterimanya sebagai tukang urut tidak menentu.

"Seikhlasnya saja dari yang memberi. Terkadang dikasih Rp 40.000. Terkadang juga dikasih beras," ungkap Iswandi.

Sementara istrinya, Nur Hidayati bekerja di warung makan dari pagi hingga malam dengan upah Rp 40.000 per hari.

"Upah kerja itu habis untuk biaya kebutuhan kami sehari-hari, " kata Iswandi.

Iswandi mengaku, sebetulnya ia dan istrinya ingin memperbaiki rumah kayunya yang sudah lapuk dan tidak layak huni. Lantaran ketiadaan dana, niatnya memperbaiki rumah ditunda sampai sekarang.

Kendati demikian, Iswandi tetap berusaha untuk mengumpulkan bahan-bahan bangunan yang bisa didapatkan dari sungai seperti batu kali.

Bila waktu senggang, Iswandi dibantu anaknya mengumpulkan batu kali yang didapatkan dari sungai di belakang rumahnya.

Meski hidup dengan segala keterbatasan, Iswandi mengaku bahagia dan tidak pernah merasa kekurangan. Iswandi mengajarkan pada istri dan anaknya untuk tidak pernah mengeluh meski dihimpit banyak persoalan ekonomi.

"Saya selalu sampaikan ke mereka untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. Dan alhamdulillah, setiap nikmat yang kami syukuri membuahkan anak-anak saya sehat, taat pada orang tua hingga bisa berprestasi," ucap Iswandi.

Untuk mendidik anaknya, Iswandi tegas. Ia selalu mewajibkan anak-anaknya untuk belajar dan mengerjakan tugas atau PR dari sekolah. Tak hanya itu, ia juga mengawasi dengan siapa anak-anaknya bergaul dan bermain.

Tak sekedar berusaha, kata Iswandi, ia dan istrinya selalu menunaikan salat tahajud setiap malamnya. Saat salat tahajud itu ia dan istrinya berdoa agar cita-cita anaknya kelak tercapai dan bisa hidup lebih baik dari mereka.

Harapannya, anak pertama yang saat ini menimba ilmu di salah satu pondok pesantren di Magetan bisa menghafal Al Quran. Kondisi itu didukung dengan prestasi bahasa arab anaknya yang sudah mahir.

"Nanti anak kedua dan ketiga saya kalau sudah lulus SD juga saya masukkan ke pondok pesantren agar bisa mengikuti jejak kakaknya," tutur Iswandi.

Sementara itu istrinya, Nurul Hidayati, meski bekerja di warung ia tak melupakan anak-anaknya. Saat istirahat siang ia membawakan makanan untuk anak-anak dan suaminya untuk jatah makan siang. Ia pun bangga, meski hidup dalam keterbatasan, anak-anaknya tidak nakal bahkan bisa berprestasi di sekolahnya.

Nurul bersama suaminya sudah bertekad menjadikan tiga buah hatinya menjadi orang yang hebat dan berguna bagi banyak orang. 

Baca juga: Tukang Becak Ini Secara Sukarela Perbaiki Jalan Berlubang Selama 19 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com