Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Mereka yang Dipecat karena Kusta (3)

Kompas.com - 16/03/2017, 19:00 WIB

Penulis

Kini, TR sedang menjalani proses pengobatan di Puskesmas Bahu Manado. Deteksi dini akan mencegah penderita tidak sampai pada level kronis yang akan menyebabkan cacat.

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dan menyerang berbagai bagian tubuh di antaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta akan sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, serta anggota gerak dan mata.

Kuman penyebab kusta menular kepada manusia melalui kontak langsung dalam jangka waktu yang lama dengan penderita dengan proses perkembangbiakan dalam waktu 2-3 minggu dengan masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun.

Wempie Kaunang (59) terlambat berobat karena merasa malu dengan kondisi tubuhnya. Waktu itu kondisi tangannya sudah parah. Tapi dia kemudian berobat di Rumah Sakit Kusta di Malalayang.

"Saya diperiksa oleh dokter dari Belanda dan disuruh berobat," cerita Wempie.

Dia menghabiskan masa pengobatannya di rumah sakit yang sudah ditutup itu. Cacat di jemari kedua tangan dan kakinya seolah menjadi saksi hidup bagaimana dia melewati masa kelam menjadi sasaran amarah warga.

Wempie Kaunang (59), Orang Yang Pernah Mengalami Kusta, menunjukkan kaki palsu yang digunakannya. Wen telah dinyatakan sembuh dari kusta.Kompas.com/Ronny Adolof Buol Wempie Kaunang (59), Orang Yang Pernah Mengalami Kusta, menunjukkan kaki palsu yang digunakannya. Wen telah dinyatakan sembuh dari kusta.
Wempie bersama 108 orang yang pernah mengalami kusta kala itu direlokasi ke Lembah Nugraha Hayat, sebuah lokasi yang disediakan khusus oleh pemerintah di Kelurahan Pandu, Kecamatan Bunaken, Manado.

Saat pertama kali pindah ke situ, rumah mereka dibakar warga yang tidak mau kampung mereka tertulari kusta.

(Baca juga: Melawan Stigma Kusta di Lembah Nugraha Hayat (1))

Walau kini, masa-masa penolakan itu sudah tidak ada, tapi stigma negatif terhadap kusta masih menjadi salah satu faktor utama penghambat penanganan kusta, selain dana yang minim.

Dokter Arthur yang juga menjadi Project LeaderNetherlands Leprosy Relief (NLR) di Sulawesi Utara menguraikan bagaimana sulitnya membujuk keluarga penderita agar tidak menyembunyikan anggota mereka yang menderita kusta dan mau berobat. NLR adalah lembaga yang bekerja khusus dalam penanganan kusta di Indonesia.

"Kesulitan terbesar kami adalah mencari tahu keberadaan penderita yang sering disembunyikan," kata dr Arthur.

Kondisi seperti yang dialami TR dan Wempie membuat upaya eliminasi kusta di Sulut masih menjadi tantangan besar. Padahal Sulut masuk dalam daftar 14 provinsi dengan penderita kusta tinggi.

"Setiap tahun ada penderita baru yang ditemukan. Ini berarti kusta terus berjangkit," ujar dr Arthur.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2019, seluruh provinsi di Indonesia sudah eliminasi kusta. Sebuah kondisi dimana angka prevalansi dibawah 1 (1 penderita per 10.000 penduduk).

"Mustahil Sulut eliminasi kusta pada tahun 2019," tegas Dokter Konsultan Kusta di Indonesia, dr Steaven Dandel.

Grafik yang naik turun itu lebih disebabkan karena fenomena resource daripada fenomena epidemis," ungkap dr Steaven.

 

 

(Bersambung)

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com