SURABAYA, KOMPAS.com - Enam ton sampah yang dihasilkan warga Kelurahan Jambangan, Surabaya, tak terbuang sia-sia.
Sampah anorganik disulap menjadi uang, sementara sampah organik diolah menjadi pupuk untuk taman-taman di Surabaya dan warga yang membutuhkan.
Tumpukan sampah organik berjajar rapi di sebuah depo di Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan Surabaya. Masing-masing tumpukan diberi tanda usia hari. Aromanya tidak seperti sampah, namun mirip tembakau.
Pada hari ke-21, sampah tersebut dikeringkan dan disebar untuk memupuk taman-taman kota. Warga berindentitas Surabaya juga bisa mendapatkan pupuk gratis hanya dengan menunjukkan kartu tanda penduduk.
"Permintaan dengan jumlah banyak dengan sepengetahuan RT dan RW," kata Koordinator PDU Jambangan, Dwijo Warsito, kepada Kompas.com, Rabu (1/3/2017).
Sampah organik tersebut diolah dengan metode komposting "kue lapis". Metode ini menumpuk sampah organik dengan tumpukan daun kering menjadi beberapa lapis.
Bagian bawah didasari dengan tumpukan daun kering agar sampah organik tidak menjatuhkan air yang menyebabkan aroma busuk dan belatung. Pada hitungan hari tertentu, susunan sampah dan daun kering dibalik dan dicampur hingga berusia 21 hari.
"Dari 21 hari ditambah 5 hari lagi untuk proses pengeringan," jelasnya.
Tidak susah juga untuk mendapatkan daun-daun kering, pengelola depo bekerja sama dengan Dinas Kebersihan untuk menampung semua daun kering yang dibersihkan dari jalanan kota.
Di samping tempat komposting pupuk, ada tempat khusus pengolahan sampah anorganik. Sampah-sampah dari rumah penduduk itu dipilah menjadi beberapa kategori, dari sampah kemasan, plastik warna, plastik transparan, kertas, botol plastik, dan kaleng.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.