Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal yang Berubah secara Fisik di Kota Bandung

Kompas.com - 18/01/2017, 16:21 WIB
Dendi Ramdhani

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Tanggal 16 September 2013 menjadi awal kiprah Ridwan Kamil memimpin Kota Bandung. Tiga tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Kota Kembang, Ridwan mulai memberikan perubahan positif.

Berlatar belakang sebagai arsitek, pria yang akrab disapa Emil itu pun menerapkan kepiawaiannya dalam bidang desain untuk membuat karya fisik di Kota Kembang.

Berikut adalah karya fisik Ridwan Kamil di Kota Bandung.

1. Skywalk Cihampelas

Merehabilitasi area jalur bagi pedestrian merupakan salah satu fokus Ridwan Kamil dalam memperbaiki Kota Bandung. Tak hanya mempercantik trotoar, ia pun membuat terobosan baru dengan membuat jembatan bagi pedestrian di atas udara atau lebih beken disebut Skywalk Cihampelas.

Maulana Mickael Bandung Bersolek

Dana sekitar Rp 48 miliar digelontorkan untuk proyek itu. Selain untuk membuat nyaman para pejalan kaki, Skywalk Cihampelas juga diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang kerap membuat kusut kawasan wisata belanja itu.

Saat ini, proyek itu telah memasuki tahap akhir pengerjaan. Jika tak ada kendala, Skywalk Cihampelas akan selesai pada akhir Januari 2017.

Kompas.com sempat meninjau Skywalk Cihampelas pada Senin (16/1/2017) siang. Skywalk Cihampelas memiliki permukaan lantai bertingkat. Skywalk Cihampelas memiliki panjang 450 meter, lebar 9 meter, dan mempunyai tinggi 4,6 meter dari permukaan jalan.

Baca juga: Begini Penampakan "Skywalk" Cihampelas Bandung

Konstruksi rangka menggunakan bahan baja serta beton di bagian lantai. Alasnya menggunakan kombinasi bahan granit dan kayu.

Sejumlah kios berwarna-warni tampak terpajang di sisi jalan. Ada 197 kios disiapkan untuk menampung para PKL. Bunga-bunga pun terpasang mengiringi tiap lekuk jembatan untuk memberi kesan hijau.

Meski berada di atas jalan, pengunjung tak usah khawatir tersengat terik matahari. Sebab, lokasi ini dipenuhi dengan pepohonan rimbun.

Skywalk Cihampelas juga ramah bagi kaum difabel. Setiap pintu masuk dilengkapi dengan lift sebagai akses masuk bagi kaum difabel.

Proyek Skywalk Cihampelas dikerjakan oleh PT Likatama Graha Mandiri. Sejatinya, proyek itu ditargetkan rampung pada Desember 2016 lalu. Namun, ragam kendala membuat proyek tersebut molor hingga Januari 2017.

2. Bandung Creative Hub (BCH)

Emil kembali membuat terobosan anyar dengan membangun Bandung Creative Hub (BCH). Lokasinya berada di Jalan Sukabumi, Bandung.

Gedung itu berfungsi sebagai pusat industri kreatif yang nantinya bisa diakses oleh para komunitas kreatif Bandung. Proyek itu mulai dikerjakan pada Agustus 2016 lalu dengan dana Rp 50 miliar dari Pemerintah Kota Bandung.

KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Bangunan Bandung Creative Hub di Jalan Sukabumi, Bandung yang masih dalam tahap pembangunan.

Sesuai namanya, struktur bangunan tersebut berbentuk cukup unik. Mengingat proyek itu memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, Emil pun turun tangan untuk mengawasi langsung proyek tersebut.

"Konstruksinya lebih rumit bangunan tidak biasa, isinya tidak biasa. Belum ada di Indonesia. Bentuknya poligon, segi banyak," kata Emil di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalemkaum, pada 1 Agustus 2016 lalu.

Baca juga: Desain Bangunan Bandung Creative Center Rumit, Ridwan Kamil Jadi Mandor

Bangunan lima lantai itu akan dilengkapi perpustakaan, galeri, museum, studio inovasi tiga dimensi, studio fashion, desain museum, desain store, amfiiteater, ruang belajar, serta toko yang menampilkan produk kreatif terbaik Bandung.

Namun, lagi-lagi, pengerjaan proyek itu meleset dari target. Emil menargetkan proyek itu rampung pada akhir Desember 2016. Namun, hingga kini proyek itu tak kunjung tuntas.

Dari pantauan Kompas.com, Selasa (17/1/2017), proses pembangunan masih terus berlangsung. Para pekerja tampak masih sibuk memberi sentuhan di bagian muka bangunan.

3. Bandung Command Center (BCC)

Pusat komando dan informasi (Bandung Command Center) menjadi salah satu karya Emil yang banyak mendapat respons positif. Lokasinya berada di kantor kerjanya, Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.

Sejak dibangun pada 2015 lalu, BCC merupakan salah satu bangunan paling vital. Sebab, di ruangan itu, terdapat peralatan canggih dan didesain mirip di film Star Trek.

KOMPAS.com/Reni Susanti Seorang polisi tengah mensimulasikan aplikasi tombol panik di Bandung Command Centre.

Ruangan itu dilengkapi peralatan canggih dengan ratusan software di dalamnya. Perangkat lunak itu merupakan gabungan dari pelayanan publik elektronik dari sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang dibuat khusus oleh perusahaan komputer, IBM, serta mahasiswa ITB.

Baca juga: Ridwan Kamil: "Bandung Command Centre" Rampung Januari 2015

BCC memiliki fungsi utama sebagai pusat untuk memantau tiap sudut Kota Bandung yang terkoneksi dengan kamera pengawas di seluruh kota. Ruangan itu juga berfungsi sebagai tempat masuknya pengaduan publik melalui piranti lunak. Proyek itu menelan dana sekitar Rp 30 miliar.

Namun, mengingat pentingnya ruang tersebut, tak mudah bagi masyarakat untuk melihat ruang canggih itu. Namun, meski memiliki ruangan canggih, proses pemantauan kondisi Kota Bandung cukup terhambat lantaran minimnya jumlah kamera pengawas di Bandung.

Dalam sebuah kesempatan, Emil menargetkan Bandung memiliki ribuan kamera tersembunyi. Namun, hingga kini Pemerintah Kota Bandung baru memasang 68 kamera tersembunyi.

4. Restorasi Sungai Cikapayang dan Taman Dewi Sartika

Sejak menjabat sebagai orang nomor satu di Bandung, Emil memang gemar membuat ruang publik baru. Salah satunya adalah restorasi Sungai Cikapayang dan rehabilitasi Taman Dewi Sartika yang berlokasi sekawasan dengan Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.

Sungai Cikapayang merupakan anak sungai kecil yang jalurnya melintasi area Balai Kota Bandung. Dulu, sungai itu tampak kumuh. Pepohonan rimbun di Taman Dewi Sartika kian membuat daerah itu terkesan seram.

KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Wali Kota Bandung Ridwan Kamil saat bermain air di sugai Cikapayang bersama istrinya Atalia Kamil, Kamis (31/12/2015)

Melihat ada potensi wisata, Emil mencoba mengubah kesan tersebut. Air sungai yang keruh diubah menjadi lebih jernih dengan menerapkan teknologi penyaring air. Ia pun menyediakan tempat untuk bermain air bagi anak.

Area bagi pedestrian dipercantik lengkap dengan kursi klasik dan tanaman warna-warni. Ia menilai, revitalisasi sepanjang 200 meter itu merupakan proyek paling sempurna.

"Jarang saya pilih-pilih. Dari semua yang pernah saya kerjakan, mungkin ini yang paling benar sesuai jadwal, kontraknya juga transparan, kontraktornya bertanggung jawab, secara desain nurut, detailnya bagus. Mudah-mudahan jadi percontohan," ucap Emil.

Baca juga: Ridwan Kamil Ajak Warga Main Air Saat Resmikan Restorasi Sungai Cikapayang

Revitalisasi itu menelan biaya Rp 5,2 miliar dan telah diresmikan pada 31 Desember 2015.

Sejak itu, lokasi itu jadi buruan masyarakat. Bahkan, hingga kini, tempat itu tak pernah sepi pengunjung.

Namun, para pengunjung kesulitan dengan terbatasnya lahan parkir. Para pengunjung terpaksa menepikan kendaraannya di pinggir jalan dan kerap menyebabkan kemacetan lalu lintas.

5. Taman Film Cantik

Terinspirasi bentang area pesawahan menjadi ide utama dalam proyek pembangunan Taman Film. Desain Taman Film terinspirasi dari SHAU Rotterdam, sebuah studio arsitektur di Rotterdam, Muenchen, dan Jakarta.

Proyek itu merupakan realisasi dana Rp 1,1 miliar yang didapat dari komunitas Film Bandung. Taman Film berlokasi tepat di kolong jembatan Pasupati, satu area dengan Taman Jomblo dan sculpture park dan skatepark. Lokasi itu juga menjadi jantung ruang publik baru yang didedikasikan untuk warga Bandung.

KOMPAS. com/DENDI RAMDHANI Sejumlah warga saat bermain di Taman Film, Kota Bandung.

Taman yang diresmikan pada 2014 lalu itu punya desain unik, yakni berbentuk topografi sawah berteras yang menghadap sebuah layar besar. Taman Film terdiri dari tujuh tingkat yang masing-masing memiliki ukuran berbeda. Fungsinya sebagai tempat duduk.

Baca juga: Ridwan Kamil Luncurkan Taman Film Bandung

Namun, popularitas Taman Film perlahan menurun. Minimnya acara di lokasi itu membuat lokasi itu jarang dikunjungi warga.

Kondisi itu tak terlepas dari insiden pencurian perangkat decoder setelah menyiarkan tayangan final Piala Presiden 2015. Akibatnya, Taman Film sempat tak bisa menayangkan film bagi warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com