Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Racikan Kopi Berpadu Rempah

Kompas.com - 06/01/2017, 07:09 WIB

Penulis

Karena di setiap tumpukan biji kopi hanya bisa diperoleh sedikit saja kopi lanang, harga kopi bubuknya lebih mahal, yakni Rp 75.000 per 100 gram. Bandingkan dengan harga kopi bubuk biasa yang berkisar Rp 10.000-Rp 20.000 per 100 gram. Meski begitu, di Kafe Mane, harga segelas kopi lanang hanya Rp 15.000. Harga paling mahal justru kopi espresso, yaitu Rp 25.000 per gelas.

Selain menikmati kopi di tempat, wisatawan yang ingin membawa pulang kopi bubuk bisa membelinya di Kafe Mane mulai dari ukuran terkecil 100 gram seharga Rp 50.000. Bony menyangrai dan menggiling sendiri seluruh kopi setiap hari demi mendapatkan kualitas yang baik dan segar.

Selain Kafe Mane, ada sejumlah kafe dan restoran di Ruteng yang juga menawarkan minuman kopi. Namun, Kafe Mane bisa dikatakan satu-satunya tempat yang khusus menyuguhkan minuman kopi arabika spesial Flores sebagai menu andalan.

Faktor lingkungan

Ada dua varian utama jenis kopi arabika flores yang telah dikenal, yakni arabika flores bajawa dan arabika flores manggarai. Kopi arabika dari Bajawa di Kabupaten Ngada dinyatakan sebagai varian berbeda dengan kopi arabika produksi Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Perbedaannya muncul karena faktor lingkungan.

Setelah diolah, kopi arabika flores manggarai biasanya menghasilkan aroma kopi bubuk yang terkesan manis dan menyimpan aroma rempah. Perbedaan ketinggian lahan tanam di wilayah yang berada 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut itu memungkinkan munculnya tingkat keasaman dan rasa manis kopi yang sangat variatif. Kopi arabika flores manggarai memiliki rasa yang tidak pahit ataupun sepat. Rasa itu muncul akibat terapan petani setempat dalam pemanenan. Hanya buah gelondong merah yang mereka petik.

Hamparan tanaman kopi arabika flores membentang mulai dari Kabupaten Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Nagekeo, dan Ende dengan total luas 18.575 hektar. Dari luas itu, tanaman yang telah berproduksi seluas 12.150 hektar. Adapun tanaman dengan usia belum produktif 5.918 hektar dan yang sudah tua 507 hektar.

Produksi kopi Flores pada 2015 sebanyak 7.269 ton. Dari jumlah tersebut, 70 persen masih dipasarkan kalangan tengkulak ke Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. Di daerah tujuan, kopi Flores sayangnya dijual dengan merek lain yang lebih laris di pasar-pasar lokal tersebut.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Januari 2017, di halaman 22 dengan judul "Hangatnya Racikan Kopi Berpadu Rempah".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com