Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahan di Tengah Teror Gempa Susulan

Kompas.com - 10/12/2016, 19:25 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

Kompas TV Jurnalis dan Warga Kirim Bantuan Untuk Korban Gempa

Warga yang berada di rumah makan refleks keluar memenuhi jalan. Gempa susulan ini merubuhkan dua ruko di sana. Selebihnya, gempa susulan kerap terjadi dan lambat laun kami pun terbiasa. Hanya, memang harus tetap waspada, mengingat seketika gempa susulan bisa saja menjadi gempa inti berkekuatan besar yang mampu merubuhkan bangunan.

Teror itu juga mengintai para pengungsi di Pidie Jaya. Nilawati Rajab (42), pengungsi di Kecamatan Ulin, Pidie Jaya, hingga saat ini mengaku tak bisa tidur nyenyak setelah gempa, Rabu (7/12/2016) kemarin.

Ia mengungkapkan, sebelum gempa, tekanan darahnya hanya 100/90. Seusai gempa, karena selalu ketakutan akan gempa susulan dan tak kunjung tidur nyenyak, tekanan darahnya naik menjadi 150/120.

Kemarin malam, Nila pun sempat panik saat gempa susulan berlangsung. Awalnya ia dan anaknya tidur di tenda pengungsian di Ulin. Tenda berada di halaman masjid. Karena hujan, ia bersama pengungsi lainnya pindah ke dalam masjid.

Saat gempa susulan berlangsung kemarin malam sekitar pukul 21.30 WIB, ia dan pengungsi lainnya berhamburan berlari ke halaman.

"Sampai sekarang saya belum bisa tidur nyenyak karena selalu berjaga-jaga kalau nanti ternyata ada gempa susulan yang panjang," tutur Nila dengan raut muka yang lelah.

Kini, Nila tengah merawat anak sulungnya yang trauma akibat gempa.

Nana Marleni (20), sang anak, kini juga harus menjalani rawat inap di luar ruangan agar bisa menyelamatkan diri saat terjadi gempa.

"Anak saya masih pusing, Bang. Masih takut katanya," ujar Nila mewakili putri sulungnya.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut merasakan teror gempa susulan. Muhammad Khalis, siswa kelas 6 SD yang ditemui di posko pengungsian di Kecamatan Meureudu mengaku masih takut untuk kembali ke rumah dan bersekolah.

"Sekolah nanti saja. Nanti juga ada pengumuman dari guru, Bang," ucap Khalis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com