Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jembatan Apung Penumpu Masa Depan Warga Lempong Pucung

Kompas.com - 15/11/2016, 18:46 WIB

Tim Redaksi

Kondisi ini menjadi beban. Sekali menyeberang, anak-anak harus membayar Rp 1.000 untuk ongkos. Cukup berat bagi warga yang kebanyakan nelayan.

Menurut Heri Wahyono, tokoh masyarakat Dusun Lempong Pucung, anak-anak yang sudah masuk SMP dan SMA tidak jarang berpisah dengan orangtuanya dan memilih kos di dekat sekolah. Selain menghemat ongkos, langkah ini juga untuk mengurangi risiko setiap hari naik perahu.

Untuk belanja perkakas dan kebutuhan rumah tangga, mereka juga mesti sewa perahu hingga Rp 50.000. Otomatis harga beras dan minyak goreng selalu lebih mahal Rp 3.000-Rp 5.000 ketimbang di dusun lain.

Jembatan apung

Namun, Minggu (6/11) pagi, senyum menyembul tebersit di wajah Wahyono dan puluhan warga Lempong Pucung lainnya. Lima perahu compreng menarik bangunan jembatan berwarna biru-kuning, mengapung mendekati dermaga kecil di dusun itu. Jembatan itu lebih dari enam bulan terakhir dikerjakan di kawasan Majingklak, 11 kilometer dari Desa Ujungalang.

Kebanggaan warga bertambah sebab jembatan itu adalah yang pertama di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Balitbang PUPR) Herry Vaza mengatakan, jembatan sepanjang 70 meter yang menyatukan kembali warga Lempong Pucung dengan kerabat mereka di desa lain memakai teknologi apung.

"Jembatan apung ini dirancang tangan-tangan anak bangsa," katanya.

Jembatan itu dirintis sejak 2015 kala Indroyono Soesilo menjabat Menko Kemaritiman. Selintas, bangunan ini mirip jembatan pada umumnya. Dengan kaki-kaki dan struktur tubuh dari baja ringan.

Sementara dua ujung jembatan dikaitkan dengan daratan memakai engsel baja. Bedanya, jika tapak pijakan kaki-kaki jembatan biasanya dengan tiang pancang, pada jembatan ini dibuat dari wahana apung yang disebut ponton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com