Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Ijem, Wanita Penjaga Gua di Tengah Tebing Curam

Kompas.com - 17/10/2016, 14:10 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Pernah suatu saat, keluarganya datang untuk menjenguk. Saat bertemu dan melihat tempat tinggal Mbah Ijem, keluarganya mencoba mengajak pulang untuk kembali tinggal di rumah. Namun Mbah Ijem menolak ajakan itu.

"Saya lebih tenang dan tentram di sini. Anak saya juga sudah kerja di Jakarta," urainya.

Hari-hari Mbah Ijem dihabiskan untuk menyambut pengunjung yang datang. Kalaupun tidak ada pengunjung, ia hanya duduk di mulut gua dan beraktivitas seperti memasak dan mencuci.

Pengunjung yang datang untuk bertapa atau sekedar berwisata biasanya melepas lelah di mulut gua tempat Mbah Ijem. Perempuan 70 tahun ini selalu menyapa dengan ramah dengan menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil.

Sambil berbincang-bincang, Mbah Ijem menyajikan makan seperti ketela dan minuman teh ataupun kopi untuk sekadar mengisi perut dan sambil melepas lelah.

Perempuan asal Solo ini juga tidak memasang harga untuk setiap makanan dan minuman. Kendati demikian, pengunjung selalu memberikannya uang setiap habis makan atau minum.

Di usianya yang tak lagi muda, setiap empat hari sekali mbah Ijem berjalan kaki keluar dari mulut gua. Perlahan-lahan ia meniti pinggiran tebing dengan tinggi sekitar 20 meter dan naik ke atas dengan tangga kayu.

Dia harus menuju desa terdekat untuk membeli kebutuhan hidup seperti bahan makanan, teh, kopi dan gula.

Selama tinggal di mulit Gua Langse, Mbah Ijem mengaku tidak pernah mengalami sakit serius.

"Enggak pernah sakit, paling hanya masuk angin," tandasnya.

Ditemani seekor anjing

Tinggal di mulut Gua Langse dengan kondisi yang ekstrem, Mbah Ijem ditemani oleh seekor anjing jantan berbulu coklat. Anjing ini sudah dua tahun menemani hari-hari Mbah Ijem.

"Namanya Bambang, dia yang menemani saya di sini," ujarnya.

Anjing ini bertugas menjaga makanan dari kera yang sering kali datang ke tempatnya untuk mencuri makanan.

"Sering sekali nyuri makanan di sini. Saya usir datang lagi," ucapnya.

Hingga akhirnya saat Ijem ke desa terdekat untuk membeli kebutuhan hidup, oleh salah seorang warga ia diberi seekor anak anjing jantan. Berkat anjing yang diberinya nama Bambang, kera-kera takut mencuri makanan atau barang-barang lain milik Mbah Ijem.

"Bambang usainya sekitar 2 tahun. Sekarang kera tidak mau ke sini lagi, takut," katanya.

Bambang, kata Mbah Ijem, merupakan anjing penurut dan selalu mematuhi perintahnya. Dia juga selalu setia mengikuti ke mana pun Mbah Ijem pergi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com