Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percetakan Tertua Itu Masih Menderu

Kompas.com - 29/08/2016, 07:33 WIB

Ketika sejumlah percetakan baru mulai bertumbuh di wilayah itu dengan memanfaatkan mesin-mesin baru berkapasitas besar, Arnoldus tetap bertahan memanfaatkan mesin-mesin lama yang dipakai sejak percetakan pertama kali beroperasi tahun 1926. Kristo Turu, kepala divisi produksi percetakan, mengatakan, kapasitas produksi mesin-mesin tua itu kian menurun. "Sekarang kapasitas yang bisa digunakan hanya 3.000 hingga 4.000 eksemplar per jam," ujarnya.

Belum lagi, ujar kepala bagian mekanik, Luis Raya, perawatan ekstra rutin wajib diterapkan pada semua mesin. "Kalau tanpa perawatan, mesin akan cepat ngadat," katanya. Sering kali kerusakan pada mesin membutuhkan penggantian onderdil yang harganya selangit dan harus dipesan dari Jerman atau dari distributor di Singapura. "Biaya onderdilnya memang cenderung mahal. Kondisi itu membuat ongkos pemeliharaan mesin cetak menghabiskan Rp 400 juta per tahun," ujar Luis.

Kualitas terbaik

Meski begitu, mesin-mesin tua itu masih dikatakan sebagai penghasil cetakan dan jilidan dengan kualitas terbaik. Menurut Laurens Lewar, pengurus PT ANI, hasil cetakan dan jilidan dari Arnoldus jauh lebih awet dibandingkan hasil produksi dari percetakan modern pada umumnya.

"Jilidan seperti ini bisa bertahan sampai 50 tahun lebih, masih dalam kondisi bagus," katanya seraya menunjukkan sebuah buku berjilid setebal 10 sentimeter.

Percetakan Arnoldus kini melebarkan sayapnya di tiga lokasi di Nusa Tenggara Timur, yakni Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat; Lewoleba, Kabupaten Lembata; dan Kota Kupang. Pembukaan cabang itu demi pendekatan pelayanan karena di sebagian besar kabupaten di NTT belum ada percetakan.

Percetakan baru yang banyak tumbuh belakangan tidak dilihat sebagai ancaman. Itu memacu Arnoldus agar menghasilkan kualitas karya yang lebih baik. Perusahaan juga dianggap berhasil jika ada mantan karyawan punya usaha sendiri. Artinya, Arnoldus telah berjalan sesuai misinya, membangun manusia pembangun. (FRN/ITA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Agustus 2016, di halaman 10 dengan judul "Percetakan Tertua Itu Masih Menderu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com