Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duit "Plastik" di Kantin Sampah Milik Sarimin

Kompas.com - 21/06/2016, 03:09 WIB

Tidak ada masalah

Gas metana (CH4), lanjut Agus, muncul dari sampah aktif yang tertimbun di TPA Jatibarang. Gas itu ditangkap dengan pipa-pipa yang ditanam di sembilan titik dengan kedalaman 5 meter-6 meter ke sebuah instalasi.

Selanjutnya, gas berkapasitas 80 meter kubik itu didorong dengan blower ke 100 rumah warga sekitar TPA, termasuk ke kantin Sarimin. Setiap 1 meter kubik (m3) gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kilogram elpiji.

"Instalasinya kami bangun 2014. Tepat setelah terjadi ledakan besar akibat penumpukan gas metana di tempat ini," kenang Agus.

Suyatmi mengaku tidak ada masalah selama menggunakan gas metana untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

"Apinya biru, tidak mengotori perabotan. Sama sekali tidak bau. Masak pun cepat matang," ucap ibu dua anak itu.

Sarimin bersyukur mendapat dukungan dari pihak UPT TPA Jatibarang. Sejak membuka Kantin Gas Methan pada Januari 2016, usahanya kian membaik. Dulu, sebelum punya warung, dalam sebulan mereka menghasilkan Rp 2 juta, tetapi harus dipotong biaya makan Rp 500.000 dan tabungan Rp 1 juta.

Setelah membuka warung, mereka bisa menghasilkan Rp 1,5 juta bersih setiap bulannya. Pendapatan itu diperoleh dari hasil membuka warung dan menjual plastik dari pemulung.

Sampah plastik itu dijual Sarimin kepada pengepul langganannya. Untuk 1 kilogram, Sarimin mengambil untung Rp 100. Dalam sebulan, dia bisa mengumpulkan sampah minimal 60 kuintal-100 kuintal.

Pemberdayaan warga

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang menyempatkan diri makan di kantin Sarimin mengaku salut dengan inovasi tersebut.

"Ada pemberdayaan warga melalui sampah plastik. Bisa menggeliatkan ekonomi, sekaligus upaya pelestarian lingkungan," kata Hendrar.

Hendrar pun meminta dinas kebersihan dan pertamanan setempat untuk menduplikasi model serupa ke sejumlah titik pembuangan sampah yang ada di Semarang.

Ia juga menginstruksikan dinas tersebut membentuk model usaha kecil yang dapat memanfaatkan sampah plastik menjadi barang bernilai. Tujuannya untuk mengurangi limbah plastik dalam skala masif.

Rencana ke depan, ungkap Agus Junaidi, pihaknya ingin menerapkan sistem transaksi plastik itu ke tiga warung lain di kompleks TPA. Ia juga bakal memperluas jangkauan gas metana ke 150 rumah lain di sekitar TPA, termasuk warung-warung makan lain.

Pengelola TPA Jatibarang Semarang membuktikan, pembaruan bisa muncul dari mana saja. Termasuk di antara bau tidak sedap lautan sampah dan sosok-sosok marjinal seperti Sarimin dan Suyatmi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juni 2016, di halaman 24 dengan judul "Duit 'Plastik' di Kantin Sampah Milik Sarimin".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com