Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duit "Plastik" di Kantin Sampah Milik Sarimin

Kompas.com - 21/06/2016, 03:09 WIB

Sampah plastik

Untuk transaksi, pembeli yang umumnya pemulung tidak perlu memakai uang kartal. Mereka cukup menukar dengan sampah plastik. Satu kilogram plastik warna hitam dihargai Rp 400. Adapun yang warna-warni bisa Rp 700. Satu bundel bungkus plastik biasanya berkisar 15 kg-20 kg. Jika dinominalkan, nilainya Rp 7.000-Rp 8.000.

Sarimin menuturkan, ide menggunakan plastik sebagai alat transaksi berawal dari seringnya pemulung mengutang di warungnya karena tidak punya uang tunai. Sebagai bekas pemulung, Sarimin mafhum uang tunai tidak tiap hari bisa mereka kantongi. Tak setiap hari pemulung bisa menjual hasil memungut sampah, terutama plastik. Para pengepul biasanya meminta pemulung mengumpulkan sampah bungkus plastik hingga minimal 2 kuintal-3 kuintal untuk kemudian diuangkan.

Sampah seberat itu biasanya dikumpulkan sekitar tiga hari. "Dari situ saya mikir, mereka sering utang karena sampah yang dikumpulkan belum menghasilkan uang. Saya berpikir mungkin enggak kalau bayarnya pakai sampah saja," ucap Sarimin, bekas petani asal Kabupaten Rembang yang sudah lebih dari setahun menjadi pemulung.

Hal itu lalu disampaikan kepada Kepala UPT TPA Jatibarang Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Agus Junaidi. Gayung bersambut, Agus mendukung rencana itu. Sebab, sebenarnya UPTD Jatibarang memiliki pekerjaan rumah mengurangi beban sampah plastik yang sulit terurai.

Persentase sampah plastik di TPA Jatibarang selama ini mencapai 16 persen dari total limbah sampah yang dibuang ke lokasi tersebut sekitar 700 ton per hari. "Kami ingin mengurangi beban sampah plastik karena sulit terurai. Selain itu, sampah plastik mudah terbang dan terbawa angin hingga mengotori sungai di dekat TPA," ujarnya.

Ia lalu menyarankan Sarimin dan Suyatmi membuat kantin dengan sampah plastik sebagai alat transaksi. Untuk menopang kebutuhan bahan bakar memasak di kantin, gas metana dan kompor khusus pun disuplai untuk mereka.

TPA Jatibatang, satu-satunya tempat pembuangan sampah akhir di Kota Semarang, menjadi lokasi mencari nafkah bagi 400-an pemulung. Ada empat warung di dalam kompleks, tetapi yang menerapkan sistem pembayaran plastik dan memakai gas metana untuk bahan bakar baru warung milik Sarimin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com