Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pinjam Uang di Bank Sampah, Mencicilnya Pakai Sampah

Kompas.com - 20/04/2016, 08:25 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Sepekan terakhir, Imaroh (38) mengumpulkan satu tas besar besar sampah plastik berupa kaleng air mineral berbagai ukuran. Selasa (19/4/2016) siang, sampah 1,5 kilogram itu "diuangkan".

Dari barang yang tidak berharga itu, ibu dua anak warga RT 3 RW 1 Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, itu membawa pulang uang dari Bank Sampah sebesar Rp 3.000.

"Lumayan, buat jajanan anak-anak," kata wanita berkerudung itu.

Imaroh adalah satu dari 184 nasabah Bank Sampah yang berlokasi di pemukiman sekitar Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Tempat penjualan sampah tersebut diinisiasi warga sekitar sebagai upaya menjaga kebersihan dan kelestarian ekosistem Mangrove di Pamurbaya.

Sayangnya, Imaroh belum memanfaatkan berbagai layanan yang disediakan oleh Bank Sampah untuk para nasabahnya.

Selain membeli sampah secara langsung, Bank Sampah yang diberi nama "Bintang Mangrove" itu juga memberikan layanan pinjaman dana segar kepada nasabahnya dengan nilai maksimal Rp 500.000. 

Nasabah tidak diminta mengembalikan pinjaman tersebut dengan uang, namun dengan sampah yang dimilikinya.

"Warga bisa mencicil sampah hingga senilai Rp 500.000," kata Sekretaris Bank Sampah Bintang Mangrove, Chusniati.

Bukan hanya pinjaman dana segar yang bisa dimanfaatkan nasabah Bank Sampah, namun juga tabungan untuk kepentingan pendidikan, atau hari raya. Chusniati mengatakan, uang dari sampah yang diberikan nasabah selalu ditabung dan dicatat.

"Sebenarnya bukan hanya untuk pendidikan dan hari raya, untuk kepentingan apapun bisa digunakan, dan sewaktu-waktu bisa diambil," tuturnya.

Mereka juga menyediakan layanan bayar listrik. Nasabah menitipkan uang sampah yang diberikan untuk membayar listrik. Pihak bank sampah sendiri nantinya yang akan membayarkan ke PLN.

Layanan lainnya yang disediakan adalah membayar biaya kesehatan dengan sampah. Nasabah yang sakit dan membutuhkan biaya untuk berobat ke rumah sakit, ditalangi oleh Bank Sampah, lalu dana tersebut dikembalikan berbentuk sampah.

(Baca juga: Pinjam Uang di Bank Sampah, Tanpa Sanksi, Denda, dan Jatuh Tempo)

Chusniati tidak mengingkari banyak yang bilang bahwa aktivitas Bank Sampah mirip pengepul sampah. Namun, dia menegaskan, Bank Sampah tidak berorientasi komersil.

"Bank Sampah murni dibentuk karena ingin mendidik warga untuk lebih peduli kepada lingkungan, dan merubah pola hidup tidak membuang sampah sembarangan," ucap Chusniati.

Oleh karena itu, tidak heran, jika hasil usaha yang dijalankan kadang tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

Sejak 2011 dibentuk, laba usaha tertinggi hanya Rp 500.000. Sekitar 10 persen dari jumlah itu dialokasikan untuk biaya operasional. Sisanya dikembalikan untuk modal.

Bank Sampah Bintang Mangrove menerima berbagai jenis sampah kering dari kertas, plastik, dan kaleng berbagai bentuk.

Harga beli yang ditetapkan beragam, mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 7.000 per kilogramnya. Harga tersebut fluktuatif mengikuti harga jual dan beli di tingkat pengepul besar dan pabrik.

Bank Sampah tersebut didirikan pada 2011 dengan modal hanya Rp 2,4 juta. Chusniati mengatakan, dana tersebut diperoleh dari Lurah Gunung Anyar Tambak sebesar Rp 400.000 dan Rp 2 juta dari dana sosial perusahaan plat merah.

Hingga saat ini, dana tersebut dikelola tanpa ada lagi bantuan dari pihak mana pun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com