Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Semarang Ingin Warung Berbayar Plastik Diterapkan di Bank-bank Sampah

Kompas.com - 15/03/2016, 05:59 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com – Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Prihadi mengaku terinspirasi dengan keberadaan warung makan yang alat transaksinya menggunakan sampah plastik.

Berkat inspirasi warung tersebut, dia berharap titik-titik tempat pembuangan sampah (TPS) atau bank sampah lain bisa menerapkan hal tersebut.

“Nanti ini bisa dilanjut, difasilitasi di titik-titik TPS, supaya ada warung seperti ini lebih banyak agar sampah plastik bisa diolah dengan benar oleh orang yang tepat,” kata Hendi, seusai berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Senin (14/3/2016) sore.

Hendi patut bersyukur lantaran masih ada warga yang kreatif memunculkan ide di tengah keterbatasan ekonomi. Para pemulung yang tingkat ekonominya terbatas didorong untuk tetap nyaman bekerja, tetap bisa makan dengan ditukar sampah plastik.

Ia pun meminta dalam waktu dekat warung makan berbasis sampah diterapkan di daerah timur kota Semarang, atau di kecamatan Pedurungan. Jika diperlukan, kantor Dinas Kebersihan diberi contoh model warung plastik tersebut.

“Yang terpenting lagi, tempat makan harus dibuat secara bersih, aman dan normal seperti biasanya. Usai berbicara tadi akan direalisasikan di DKP, di Balai Kota masih belum,” imbuhnya.

Pengelolaan warung berbayar dengan sampah plastik ini merupakan yang pertama kali di TPA terbesar di Semarang. Dengan pemulung yang berjumlah 400 orang, puluhan di antaranya bersedia menjual sampah plastik untuk diganti dengan makanan.

“Saat ini ada 20 titik bank sampah yang aktif beroperasi. Di Sampangan aktif, bahkan diolah menjadi pupuk,” timpal kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Ulfi Imran Basuki.

Kota Semarang sendiri merupakan satu dari tujuh kota yang dipilih pemerintah pusat sebagai pilot project pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS). Enam kota lain yang dipilih ialah Jakarta, Bandung, Tangerang, Surabaya, Makasar dan Solo.

Keberadaan sampah di Semarang juga diupayakan menjadi energi listrik. Gas metana yang terkandung dalam sampah akan diolah menjadi listrik untuk kemudian disalurkan kepada pihak PLN.

Ulfi menambahkan, dari hasil sampah, setidaknya potensi listrik yang didapat sekitar 10 Mega Watt.

Saat ini potensi listrik dari tenaga sampah masih dikaji Pemerintah Denmark. Jika tidak ada halangan, pertengahan tahun ini, kajian telah selesai dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com