Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekarang Jogja Sudah Kehilangan Kejogjaannya..."

Kompas.com - 03/04/2016, 18:00 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jogja Independen (Joint) Minggu (3/4/2016) secara resmi memperkenalkan 15 bakal calon Wali Kota Yogyakarta kepada masyarakat dan ratusan ketua rukun warga (RW) se-Kota Yogyakarta di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM.

Dalam perkenalan yang dikemas dengan Sarasehan bertema "Sinau Bareng Demokrasi ala Jogja" ini, beberapa ketua RW menyampaikan kegelisahannya. Mereka mengeluhkan mengenai Yogyakarta yang sudah tidak mencerminkan Yogyakarta. Kota Yogyakarta kini seakan semakin permisif dan materialistis.

"Sekarang Jogja kehilangan kejogjaannya, ini menurut warga lho. Misalnya soal hilangnya 'unggah sungguh' (sopan santun) anak muda, simbol-simbol budaya itu sudah mulai luntur," ucap Sugeng Sumiyoto, Ketua RW 01 Golo, Pandean, Umbulharjo, Minggu.

Menurut dia, para pemimpin saat ini seakan pasif dan tanpa inovatif untuk mengembalikan Yogyakarta seperti sebenarnya. Justru pembangunan semakin menjadikan kota ini permisif dan materialistis.

"Pembangunan hotel dan mal yang tidak dikontrol itu hanya salah satunya saja," tuturnya.

Warga, kata Sugeng, seakan-akan sudah tidak melihat wajah Yogyakarta lagi. Nilai-nilai tradisi dan kebudayaan Yogyakarta pun sudah tidak tercermin lagi. Bahkan, Yogya istimewa hanya tinggal slogan. Yogyakarta sudah kehilangan keistimewaannya.

"Sekitar jalan Pasar Kembang sudah tidak terlihat wajah Jogja, Malioboro juga begitu. Kalau pemimpin-pemimpin kita sudah meninggalkan nilai-nilai Jogja, lalu bagaimana nasib Jogja," katanya.

Penjaringan bakal calon wali kota Yogyakarta melalui jalur independen yang digagas Joint ini dinilai Sugeng membantu warga dalam mencari sosok pemimpin ideal bagi daerah berjuluk Kota Pelajar ini.

Warga dapat diikutisertakan dalam membuat kriteria dan menilai calon wali kota, sehingga warga dapat menentukan sikap memilih figur yang benar-benar mampu mengembalikan wajah Yogyakarta serta nilai-nilai yang ada.

"Melalui Joint ini diharapakan akan lahir calon pemimpin yang inspiratif, inovatif, kreatif, bisa membawa Jogja mengembalikan pamornya. Tiga tahun ini kami kehilangan sosok itu," tandasnya.

Sementara itu, Ketua RW 8 Wirogunan, Kota Yogyakarta, Sri Hapsari menambahkan, permasalahan yang setidaknya ada di Kota Yogyakarta, antara lain kesemerawutan lalu lintas, vandalisme dan ketidakdisiplinan.

Selain itu, pluralisme di Yogyakarta sudah mulai luntur dengan adanya aksi-aksi intoleran.

"Yogya itu sebagai kota barometer kebhinekaan, tetapi saat ini itu sudah mulai luntur," katanya.

Ia mencontohkan, di kota ini muncul dan terpasang spanduk intoleransi. Itu jelas tidak mencerminkan sikap toleransi yang selama ini melekat pada masyarakat Kota Yogyakarta.

"Jogja itu terkenal pluralismenya, tapi sekarang intoleransi bermunculan, kondisi ini bagi warga sangat memprihatinkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com