Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyapa Saksi Bisu Terjangan "Wedus Gembel" Merapi dengan Motor "Trail"

Kompas.com - 26/12/2014, 14:51 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

Sepanjang jalan yang dilalui wisatawan akan disuguhi medan terjal dan berpasir dengan pemandangan gundukan batu-batu berukuran besar sisa material erupsi Gunung Merapi. Di beberapa tempat, wisatawan akan melihat rumah-rumah yang sengaja dibiarkan dengan kondisi rusak.

Bahkan tinggal puing-puing atau dinding yang berdiri. Di sisi timur Kinahrejo ini, wisatawan dapat berkunjung ke sebuah bungker yang kembali dibuka setelah erupsi 2006 lalu tertimbun material panas Gunung Merapi.

Bungker tersebut merupakan saksi meninggalnya dua orang relawan yang menjadi korban saat erupsi Merapi 2006 lalu. Dengan lokasinya yang berjarak sekitar 4 km dari puncak merapi, wisatawan dapat melihat jelas kegagahan gunung termuda dan teraktif di dunia itu.

Lokasi ini paling cocok untuk berfoto mengabadikan momen bersama sahabat, teman maupun keluarga dengan latar belakang Gunung Merapi. Tak berhenti di situ, bergerak dengan trail ke arah bawah atau ke sisi selatan Bunker.

Pesona sisa erupsi Gunung Merapi kembali dapat dilihat. Ketakjuban akan misteri alam akan muncul ketika melihat batu berukuran raksasa yang dimuntahkan Gunung Merapi membentuk wajah manusia.

Di dinding batu tersebut seakan tertatah bentuk mata, telinga hidung serta mulut. Jika dilihat dengan seksama maka wisatawan akan melihat raut wajah sedih.

Raut wajah yang seakan-akan melambangkan kondisi masyarakat lereng Merapi saat terjadi erupsi 2010 lalu. "Bentuk wajah di batu raksasa itu alami, bukan dipahat warga. Batu itu dinamai batu alien," ucap Eko.

Tak cukup sampai di situ, jika bosan melihat sunrise di pantai, lereng Merapi Kinahrejo dapat menjadi pilihan. Selain menyuguhkan segala sesuatu tentang erupsi Merapi 2010, volcano tour juga menyediakan paket sunrise.

Di mana wisatawan dapat melihat secara langsung dari lereng Merapi momen di mana perlahan-lahan matahari menampakkan wajahnya.

"Kita ada paket sunrise, jika ada yang ingin melihat terbitnya matahari dari kaki Merapi," ujarnya.
Pancaran cahaya matahari pagi yang muncul dari timur dan menerangi tubuh Gunung Merapi akan menjadi  momen romantis yang tak terlupakan bersama pacar, saudara maupun keluarga.

Untuk dapat melihat terbitnya matahari, wisatawan akan berangkat dari Kinahrejo pukul 04.00 WIB. Selama perjalanan pun lagi-lagi, adrenalin wisatawan akan terpacu.

Sebab, wisatawan akan menjelajahi lereng merapi hanya dengan diterangi lampu motor trail. "Wisatawan akan diajak menaiki bukit Glagah Sari. Paket sunrise sampai dengan pukul 07.00 WIB," kata Eko.

Ada tiga jalur yang ditawarkan kepada pengunjung menjelajahi Volcano Tour dengan motor trail 150 CC. Pertama jalur pendek dengan harga Rp 50.000 wisatawan dapat mengunjungi Puncak Kinahrejo, rumah almurhum mbah Marijan, dan Watu Tumpeng.

Jarak tempuh sekitar 30 menit. Jalur medium meliputi trek Kali Opak, Batu Alien, Kali Adem, Bungker dan Mini Museum. Jalur ini ditempuh dengan waktu sekitar dua jam. Untuk jalur Medium wisatawan cukup membayar Rp 150.000.

Untuk jalur long wisatawan akan menyusuri Kali Opak, Kali Adem, menyusuri Kali Gendol, Makam Mbah Marijan, Menara Pandang dan Bukit Glagah Sari. Waktu tempuh sekitar tiga jam. Jalur long ini wisatawan cukup membayar Rp 250.000.

Setiap kali menyewa motor trail wisatawan akan dibekali helm standar dan sepatu khusus trail. Termasuk asuransi. Jika takut tersesat, pemandu siap menuntun menuju lokasi-lokasi yang ada di paket. Sedangkan paket sunrise dari jam empat sampai jam tujuh wisatawan harus merogoh uang sebesar Rp 200.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com