Kedatangan massa sekira pukul 11.20 wita, Senin (3/2/2014) langsung membuat panik sejumlah perawat mau pun dokter lantaran menggelar orasi di pintu masuk yang dijaga ketat oleh puluhan aparat kepolisian.
"Kenapa hasil visumnya begitu? Katanya tidak ada tanda-tanda kekerasan, padahal jelas-jelas ditempeleng," teriak Gazali, koordinator lapangan saat berorasi.
Tiga perwakilan pengunjuk rasa kemudian diajak berdialog oleh Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD dengan menghadirkan dokter yang melakukan visum. Dalam dialog tersebut pihak RSUD memberikan penjelasan terkait prosedur visum.
"Visum itu adalah visual, jadi apa yang dihasilkan oleh pandangan atau penglihatan dokter itulah visum dan memang tidak ada tanda-tanda kekerasan seperti memar atau lebam karena korban datang berapa jam setelah ditampar," jelas Ramly, Humas RSUD.
Setelah mendapatkan penjelasan, para keluarga korban kemudian meninggalkan lokasi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, keluarga korban telah dua kali mendatangi polres setempat setempat guna melaporkan dan mempertanyakan kasus penamparan terhadap korban yang dilakukan oleh seorang anggota kepolisian yang melakukan pengamanan pertandingan sepakbola di Lapangan Maraoangin, Kecamatan Sibulue pada 23 Januari 2014 lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.