Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Heli TNI Belum Bisa Dipulangkan

Kompas.com - 11/11/2013, 18:38 WIB

TARAKAN, KOMPAS.com — Pemulangan 13 jenazah korban jatuhnya helikopter Mi-17 milik TNI AD di Malinau, Kalimantan Utara, kepada keluarga masing-masing belum dapat dilakukan hari ini, Senin (11/11/2013), karena proses identifikasi jenazah masih dilakukan.

”Belum bisa dilakukan hari ini. Masih proses identifikasi dulu. Jangan sampai salah. Begitu identifikasi selesai, jenazah baru bisa dipulangkan ke keluarga,” kata Kolonel (Inf) Legowo, Kepala Penerangan Kodam VI Mulawarman, ketika dihubungi, Senin pagi.

Korban tewas yang merupakan anggota TNI adalah Lettu Corp Penerbang (CPn) Agung Budiarjo (pilot), Lettu (CPn) Rohmad (pilot), Kapt (CPn) Wahyu Ramdan, Serka Aan Prayitno, dan Kapt Czi Sardi. Adapun korban tewas warga sipil adalah Desi, Wahyu, Bilung Lengkang, Lingling, Asun, Sam, Gring Bilung, dan Hirodis.

Investigasi terkait jatuhnya helikopter Mi-17 milik TNI AD di Kabupaten Malinau yang menewaskan 13 orang itu juga sudah dimulai. Menurut Legowo, sebagian dari anggota tim investigasi gabungan sudah datang hari Minggu kemarin. ”Hari ini juga ada yang datang dari Jakarta,” katanya.

Seperti diketahui, Sabtu (9/11/2013) siang, helikopter yang mengangkut logistik dan material itu jatuh di Long Pujungan, Malinau. Helikopter yang mengangkut 19 orang terdiri atas tujuh anggota TNI dan 12 warga sipil itu berangkat dari Bandara Juwata, Tarakan, Kalimantan Utara.

Adapun material yang dibawa heli ini untuk membuat pos pengamanan perbatasan Indonesia-Malaysia di sekitar Desa Apoping, Kecamatan Bahau Ulu, Kabupaten Malinau.

Dalam perjalanan menuju Pos Pamtas Malinau-Sarawak itulah helikopter kehilangan tenaga, kemudian jatuh dan terbakar di dekat pos tersebut.

Dari enam korban selamat, dua di antaranya prajurit TNI, yakni Sertu Joko dan Praka Siburian. Adapun empat lainnya adalah warga sipil, yakni Fredy Usang, Desem Njuk, Albert Daud, dan Mendan Bilung.

Legowo tidak merinci kondisi korban selamat. Ia hanya menyebutkan, korban yang selamat mengalami luka bakar. ”Ada yang ringan, ada yang berat. Kita berharap semuanya membaik,” ujarnya.

Keluarga menunggu

Dari Gowa, Sulawesi Selatan, dilaporkan, pihak keluarga almarhum Letnan Satu (CPn) Agung Budiarjo hingga Senin (11/11/2013) masih menunggu kedatangan jenazah di rumah duka di kompleks BTN Mutiara Permai, Kabupaten Gowa.

”Kami mendapatkan kabar (jenazah) masih dalam proses identifikasi di Tarakan, Kalimantan Utara. Belum ada kepastian tentang kapan jenazah bisa dipulangkan,” kata Syahrir M (55), ayah almarhum, saat ditemui di rumah duka.

Syahrir mengatakan, ia juga telah dihubungi untuk dimintai sampel darahnya guna membantu proses identifikasi tersebut. Menurut rencana, tim dari Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat (Polda Sulselbar) akan datang untuk mengambil sampel darah keluarga.

Lettu CPn Agung Budiarjo adalah pilot helikopter Mi-17 milik TNI AD yang jatuh di Long Pujungan, Kabupaten Malinau, Sabtu lalu. Agung menjadi salah satu dari 13 korban tewas dalam kecelakaan itu.

Keluarga besar dan kerabat almarhum mendatangi rumah duka sejak Sabtu malam. Pelayat hingga Senin siang masih terus berdatangan. Berbagai karangan bunga dukacita juga memenuhi halaman rumah.

Sesekali suara tangisan pecah dari dalam rumah. Ibunda almarhum, Bungaeda, terlihat sangat berduka saat menerima para pelayat di ruang tamu.

Syahrir mengatakan, anak keempat dari lima bersaudara itu, menurut rencana akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel. Agung juga mendapatkan kenaikan pangkat satu tingkat menjadi Kapten CPN (anumerta).

Transportasi vital

Malinau adalah salah satu kabupaten di perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Kalimantan. Kabupaten ini awalnya masuk wilayah Kalimantan Timur, tetapi bersama dengan Kota Tarakan, Nunukan, dan Bulungan masuk dalam provinsi baru, Kalimantan Utara.

Wilayah Malinau berupa gunung-gunung dan perbukitan serta berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak di Malaysia. Transportasi udara menjadi vital bagi masyarakat untuk mobilitasnya.

Warga perbatasan biasa mendatangkan bahan-bahan pokok dan bangunan menggunakan pesawat dari dan ke Tarakan sehingga harganya sangat mahal.

Untuk kebutuhan sehari-hari, banyak warga menjual hasil buminya ke perbatasan wilayah Malaysia. Mereka juga biasa berbelanja di wilayah Malaysia karena harganya bisa lebih murah. (Lukas Adi Prasetya dan M Final Daeng)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com