Melambungnya harga kedelai impor di pasaran yang mencapai Rp.11.000 hingga Rp.12.000 per kilogram berdampak pada hasil produksi perajin tempe. Selaih harga yang tinggi, sulitnya memperoleh bahan baku juga berpengaruh pada perputaran modal.
Kondisi ini membuat Dede Prayoga, seorang perajin tempe mengaku terpaksa mengoplos kedelai dalam produksinya.
“Awal bulan kemarin kami sudah mulai oplos kacang Amerika dengan kacang lokal, tapi seminggu terakhir ini total pakai kacang lokal. Sekarang harga kacang lokal juga sudah tembus harga sembilan ribu per kilo, itu pun katanya mau naik lagi,” kata Dede, yang sudah tiga generasi menjalankan usaha tempe turun temurun keluarganya di Singkawang, Kalimantan Barat, Selasa (10/9/2013).
Dede menyebutkan, mengoplos kedelai dilakukannya karena terbentur masalah modal, selain itu dia juga bisa menghemat stok kacang kedelai dari amerika.
“Tiap hari bisa simpan dua karung kacang Amerika, kan lumayan buat tambahan produksi besoknya. Soalnya tempe harus tiga kali modal baru bisa jadi satu hari. Tapi dari kualitas tempe agak menurun," kata Dede.
Dede juga mengatakan, saat ini usaha pembuatan tempe semakin tinggi risikonya. Selain harga bahan baku kedelai yang tinggi, dia juga tidak berani menaikkan harga jual tempe.
“Dari perajin tempe belum punya inisiatif untuk kumpul membicarakan masalah harga. Sekarang konsumen sudah mengeluh dengan kondisi barang, karena selain kita menggunakan kedelai lokal dengan kualitas yang rendah, kita hanya bisa mengurangi ukuran timbangan tempe dan memperkecil ukuran. Jadi harga tempe masih tetap stabil," kata Dede.
Dede berharap, masih bisa meneruskan usaha turun temurun keluarganya ini, walaupun saat ini kualitas tempe yang diproduksinya menjadi turun, karena menggunakan kacang kedelai lokal yang mutunya kurang baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.