Salin Artikel

PLBN Sota: Dulu Hanya Gapura yang Dijaga TNI, Kini Megah dengan 12 Bangunan

POS Lintas Batas Negara (PLBN) Sota yang berlokasi di Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua Selatan, tak sekadar menjadi penanda batas dua negara antara Republik Indonesia dengan Papua Nugini.

Kehadiran PLBN Sota lebih dari itu. Beroperasi sejak 2021, PLBN Sota menjadi cerminan wajah Indonesia dalam menciptakan pemerataan pembangunan infrastruktur di wilayah paling timur Indonesia.

Bagaimana tidak, daerah Sota kini telah berubah wujud. Dari sebelumnya bersifat tradisonal kini menjadi lebih modern.

Semula, operasional PLBN Sota hanya mengandalkan pos pantau yang dijaga prajurit TNI Angkatan Darat. 

Infrastruktur pos perbatasan juga tak semegah kini. Dulu, hanya terdapat gapura dan hiasan patung burung garuda sebagai penanda lokasi ini masih terintegrasi dengan Indonesia.

Namun, wajah PLBN Sota kini mengalami perubahan drastis. Berdiri di atas lahan seluas 5,6 hektar, PLBN Sota memiliki 12 jenis bangunan.

Antara lain bangunan utama, mess pegawai, pasar perbatasan, bangunan utilitas, dan tempat pembuangan sampah (TPS).

Kemudian, plaza perbatasan, plaza nol kilometer, toilet umum, jalan, pedestrian, lanskap, dan pagar keliling.

Desain bangunan PLBN Sota seluruhnya mengadopsi ornamen dan kearifan lokal, yakni bentuk, warna tifa, hingga motif suku lokal. 

Di plaza nol kilometer, berdiri patung sang proklamator RI, Ir Soekarno. Patung Bung Karno berdiri tegak menghadap barat daya Indonesia. Wajah Bung Karno terlihat tegas mengernyitkan dahi. 

Sementara, jari telunjuk tangan kanannya menunjuk ke arah depan dan tangan kirinya mengempitkan tongkat komando ke ketiak.

Kemudahan bagi warga

PLBN Sota beroperasi setiap hari, dari pukul 08.00 WIT hingga 16.00 WIT. Bagi warga Papua Nugini yang akan memasuki wilayah Indonesia, mereka cukup menyodorkan border pass travel yang dikeluarkan pihak imigrasi mereka.

Sedangkan warga Indonesia yang akan bertandang ke Papua Nugini cukup bermodalkan kartu Pass Lintas Batas.

PLBN Sota sendiri masuk kategori tipe C dengan jumlah pelintas tak kurang dari 1.000 orang setiap bulannya.

Kepala PLBN Sota Ni Luh Puspa Jayaningsih menjelaskan, setiap harinya jumlah pelintas hanya berkisar 20-30 orang. Baik pelintas Indonesia maupun Papua Nugini, mereka biasanya memasuki wilayah dua negara untuk mencari bahan kebutuhan pokok.

Namun demikian, jumlah pelintas bisa meningkat drastis apabila terdapat acara adat atau keluarga yang melibatkan dua warga negara.

"Semisal ada acara, karena masyarakat di sini dan masyarakat di sana itu ada yang masih satu keluarga. Jadi kalau ada acara adat, atau pernikahan, dari sana rombongan sini bisa hari itu 100-200 orang," kata Puspa di lokasi, Senin (13/11/2023). 

Sebelum PLBN Sota beroperasi, para pelintas umumnya bebas keluar masuk ke kedua negara. Tak jarang mereka memasuki wilayah perbatasan melalui jalur tikus.

Kebiasaan para pelintas itu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi petugas ketika PLBN Sota resmi beroperasi dua tahun silam.

Kala itu, para pelintas yang biasa keluar masuk ke wilayah negara tetangga berpikiran bahwa akan ada pengenaan pajak jika mereka melewati PLBN Sota.

Mereka pun ketakutan melewati PLBN Sota dan tetap memilih melintasi jalur tikus.

Padahal, kata Puspa, PLBN Sota tidak menerapkan pajak bagi para pelintas, kecuali mereka yang membawa barang bawaan dengan nilai di atas 300 dollar Amerika Serikat. 

Kompas.comberada di PLBN Sota untuk peliputan khusus sebagai kolaborasi bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Ikuti catatan dan kisah perjalanan mereka di liputan khusus Merah Putih di Perbatasan.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/15/18174931/plbn-sota-dulu-hanya-gapura-yang-dijaga-tni-kini-megah-dengan-12-bangunan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke