Salin Artikel

Cerita Tim Pemadam Lebaran di Lokasi Karhutla di Dumai, Merasa Tak Tenang di Rumah

PEKANBARU, KOMPAS.com - Terhitung sudah empat hari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau, belum padam, Sabtu (22/4/2023).

Tim gabungan dari Manggala Agni, TNI, Polri, BPBD saat ini masih berjuang memadamkan api karhutla.

Bahkan, di Hari Raya Idul Fitri ini, petugas yang merayakannya tak bisa sepenuhnya dapat menikmati berkumpul dengan keluarga dan kerabat.

Mereka terpaksa Lebaran di lokasi karhutla melakukan pemadaman, karena kondisi kebakaran masih cukup parah.

Kepala Manggala Agni Daops Sumatera V/Dumai, Ismail Hasibuan bercerita, pemadaman dilakukan setelah Shalat Id.

"Tadi pagi kami Shalat Id dulu. Setelah itu kumpul keluarga sebentar, salam-salam, terus menuju lokasi karhutla. Jam 10.00 WIB tadi kami mulai pemadaman," ujar Ismail, saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, pada Sabtu.

Ismail dan anggotanya mengaku tak bersedih hati hanya sebentar berkumpul dengan keluarga di hari raya.

Mengingat kondisi karhutla yang masih parah, membuatnya tidak tenang di rumah.

"Kami tak tenang di rumah. Tugas dan tanggung jawab juga harus kami jalankan, karena kondisi kebakaran masih cukup parah. Asapnya banyak," ungkap Ismail.

Dia menyebut, istri para anggotanya tidak ada yang melarang untuk memadamkan api di momen Lebaran ini. Sebab, istri para anggota sudah memahami pekerjaan suaminya.

"Tidak ada (istri) atau keluarga yang melarang, karena mereka sudah paham pekerjaan anggota," kata Ismail.

Petugas harus mati-matian berjibaku dengan si jago merah, agar asap kebakaran jangan sampai mengganggu aktivitas masyarakat di Dumai.

Apalagi, daerah ini berada di perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang dibatasi laut Selat Malaka.

Sehingga, dikhawatirkan asap karhutla menyeberang ke negeri jiran.

"Kami berupaya maksimal memadamkan api, supaya asapnya tidak sampai menyebar ke permukiman warga. Ya, kita juga berbatasan dengan Malaysia yang dibatasi laut. Tapi, sejauh ini belum ada asap yang sampai menyebar ke permukiman warga di Dumai atau menyeberang ke Malaysia," ujar dia.

Ismail mengatakan, kawasan yang terbakar itu merupakan semak belukar tanah gambut.

Kedalaman gambut mencapai dua sampai tiga meter, yang menyulitkan petugas melakukan pemadaman.

Selain itu, tiupan angin yang sering berubah arah membuat petugas makan asap.

"Yang jadi kendala saat ini faktor alam. Angin kencang di lokasi dan berputar-putar. Dikerumuni asap sudah biasa," ujar Ismail.


Pemadaman titik api menggunakan mesin pompa air. Petugas membuat embung di lokasi untuk mendapatkan sumber air.

Menurut Ismail, air untuk pemadaman saat ini masih cukup.

"Untuk air masih ada di embung. Kita sudah membuat beberapa embung menggunakan eskavator," sebut Ismail.

Menurut Ismail, luas lahan gambut yang terbakar belum bisa diperkirakan. Petugas gabungan saat ini masih fokus pemadaman titik api.

"Luasnya belum tahu. Nanti setelah api padam baru dilakukan penghitungan berapa hektare yang terbakar. Untuk petugas pemadam di lokasi, lengkap. Dari kami Manggala Agni Dumai, TNI-Polri, dan BPBD," akui Ismail.

Pihaknya mengharapkan bantuan helikopter untuk pemadaman api dari udara. Sebab, sebagian titik api tak bisa dijangkau oleh tim darat.

Helikopter juga dibutuhkan untuk mempercepat menyiram kepala api, agar kebakaran tidak semakin meluas.

"Ya, kalau dibilang butuh kita butuh heli water bombing pemadaman dari udara. Sejauh ini belum ada bantuan water bombing. Kalau ada heli bisa mempercepat pemadaman kepala api. Kalau dari darat saja, membutuhkan waktu yang cukup lama," akui Ismail.

https://regional.kompas.com/read/2023/04/22/161808478/cerita-tim-pemadam-lebaran-di-lokasi-karhutla-di-dumai-merasa-tak-tenang-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke