Salin Artikel

Warga Kecamatan Pinogu Terisolasi, Jalan Satu-satunya Tertutup Longsor

Masyarakat Pinogu harus menggunakan ojek motor di tengah hutan untuk bisa keluar dari desa Wilayah terluar yang dijangkau adalah Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango.

Kendaraan yang digunakan masyarakat di jalur ini pun haruslah motor yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Sehingga kendaraan tersebut mampu menerobos jalan becek dan bergunung-gunung. Selain itu di sisi kanan kiri jalan berupa semak, tebing dan jurang.

Bahkan pijakan kaki untuk penumpang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Pijakan standar pabrikan dicabut agar tidak tersangkut batu, akar atau semak.

“Kami sangat butuh bantuan pemikiran, dana untuk perbaikan dua titik jalan yang tertimpa longsor,” kata Taufik Nadjamuddin salah seorang warga Desa Dataran Hijau Kecamatan Pinogu, Senin (12/9/2022).

Jalan di tengah kawasan konservasi ini biasanya dilalui dengan ojek motor dengan harga Rp 400 sampai Rp 500 ribu untuk sekali jalan. Sehingga untuk pergi-pulang bisa mencapai Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per orang.

Menurut Taufik tidak ada alternatif lain selain jalan tikus ini. Pasalnya, jalur jalan kaki yang lebih dulu ada sudah lama tertutup longsor sehingga tidak bisa dilalui masyarakat lagi.

“Sudah 3 bulan jalur ini tertutup longsor. Tidak ada upaya dari pemerintah desa atau kecamatan untuk membantu warga membuka akses jalan ini,” ujar Taufik Najamuddin.

Warga dan tukang ojek sudah lama mengeluhkannya. Pasalnya, sudah beberapa kali mereka yang melintasi jalur ini terjatuh, terutama di dua titik longsor.

Dalam kondisi normal, biasanya masyarakat atau tukang ojek yang melintas berjalan bersama untuk mengurangi hambatan di jalan. Jika menghadapi kendala juga bisa saling membantu.

“Salah satunya membawa tali. Jika menaiki tanjakan ada yang menarik motor dengan tali dari atas, sementara jalannya berlumpur dan materialnya mudah lepas,” ucap Taufik Najamuddin.

Di Kecamatan Pinogu terdapat beberapa desa seperti Desa Bangio, Dataran Hijau, Pinogu, Pinogu Permai, dan Desa Tilonggibila. Semua warga di desa-desa ini bergantung pada jalur tradisional yang berada di tengah hutan ini.

 “Kondisinya seperti ini jalan kami, kalau orang luar bilang ojek di sini mahal sesuai dengan kondisinya yang seperti ini,” ujar Sri Masihu, warga Pinogu lainnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional 1 Limboto Bagus Tri Nugroho menjelaskan, dalam keadaan darurat alat berat diperbolehkan masuk ke kawasan TNBNW dalam rangka perbaikan jalan selama tidak menimbulkan kerusakan.

“Untuk jalur jalan akses ke Pinogu sudah kami akomodir melalui zona khusus. Di zona ini memang diperkenankan untuk pembangunan akses jalan terbatas, jalan Tulabolo-Pinogu. Kan sudah ada izin prinsip dari Menteri LHK selebar 2 meter,” kata Bagus Tri Nugroho.

Bagus merujuk pada Permen LHK nomor 23 tahun 2019 sebagai dasar aturan pembangunan jalan strategis dalam kawasan konservasi.

Jalur jalan Pinogu – Tulabolo memiliki Panjang 40 km. Namun, yang berada di dalam kawasan taman nasional diperkirakan sekitar 30 km.

“Intinya jalan Tulabolo-Pinogu sudah ada izin prinsip dari Menteri LHK, sudah ada perjanjian kerja sama dengan Balai TNBNW untuk pembangunannya dan sudah dibuat zona khusus untuk mengakomodir itu,” ucap Bagus Tri Nugroho.

https://regional.kompas.com/read/2022/09/13/225603578/warga-kecamatan-pinogu-terisolasi-jalan-satu-satunya-tertutup-longsor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke