Salin Artikel

"Setiap Hari Kami Harus Bertaruh Nyawa Melewati Jalan yang seperti Kali Saat ke Kota"

Setelah puluhan tahun merdeka, pemerintah telah membangun berbagai infrastruktur jalan, jembatan, dan listrik, hingga ke pelosok negeri.

Namun, masih ada warga di pelosok Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang belum menikmati buah dari kemerdekaan tersebut, terutama infrastruktur jalan dan listrik.

Seperti warga Dusun Tureng, Desa Nggalak, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, NTT, yang masih terisolasi karena infrastruktur jalan sangat buruk.

Warga dari dusun itu kesulitan jika harus bepergian ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Begitu pula ke Labuan Bajo, kota destinasi wisata super premium.

Warga Dusun Tureng, Wal Abulat mengatakan, warga kampung itu harus melewati jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat untuk bisa ke Labuan Bajo.

Setiap kali ke kota, kendaraan umum yang membawa penumpang selalu terjebak macet karena kondisi jalan yang buruk, mirip seperti kali. Apalagi, di saat hujan, lumpur bisa setinggi bak mobil yang menjadi angkutan umum di wilayah tersebut.

"Sekarang musim hujan. Jalannya penuh lumpur. Mobil selalu macet di jalan saat warga ke kota untuk menjual hasil komoditi dan membeli sembako," tutur Wal kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (12/7/2022).

Ia mengatakan, jalan yang dilalui itu menghubungkan Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, menuju Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Jalan itu, kata dia, milik Pemerintah Provinsi NTT.

"Yang rusak parah ini sekitar 100 kilometer dari Labuan Bajo, kota Super Premium Labuan Bajo," katanya.

Wal berharap kerusakan jalan tersebut bisa segera diperbaiki.

"Pak Presiden Jokowi, sesungguhnya kami belum merdeka. Kami belum menikmati buah dari kemerdekaan ini. Setiap hari kami harus bertaruh nyawa melewati jalan yang seperti kali saat ke kota," ungkapnya.

Ia menyebut, warga dari wilayah itu selalu berjalan kaki di jalanan yang berlumpur karena kendaraan terjebak macet.

Sementara itu, warga Kampung Tureng, Desa Nggalak, Pater Paskalis Semaun mengaku sangat prihatin dengan penderitaan warga di wilayah itu.

"Para pejabat dari kota selalu melintasi jalan ini dengan mobil mewah. Sementara masyarakat, selalu berjibaku di lumpur karena kendaraan selalu macet saat melewati jalan yang amat sangat parah ini," ujar Pater Paskalis.


Ia menyebutkan, Labuan Bajo sudah dinobatkan menjadi salah satu daerah super premium dan menjadi tempat terselenggaranya side event G20 pada 2022.

"Di tengah kemewahan Labuan Bajo, pemerintah mengabaikan warga di pelosok negeri yang selalu menderita akibat infrastruktur jalan yang buruk. Warga di sini sebenarnya belum menikmati kemerdekaan seperti di wilayah lain di Indonesia," ungkapnya.

Selain infrastruktur jalan, kata dia, warga di wilayah itu belum menikmati listrik negara. Malam hari, warga masih mengandalkan lampu pelita, generator, dan tenaga surya.

Dirinya bersama warga akan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Lewat surat itu, mereka meminta Presiden Jokowi memperhatikan ruas jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat tersebut.

"Kita akan mengirim surat kepada bapak Presiden Jokowi terkait kondisi jalan di sini. Warga di sini sangat butuh listrik negara. Warga terlalu sengsara," imbuh dia.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Lambertus Paput menjelaskan, pihaknya sudah melaporkan kondisi jalan tersebut ke Dinas Pekerjaan Umum Pemprov NTT di Kupang.

"Kita sudah buat laporan tahun 2021 lalu. Harapannya, jalan tersebut bisa diperbaiki dalam waktu dekat ini," jelas Lambertus saat dikonfirmasi, Selasa siang.

https://regional.kompas.com/read/2022/07/12/134255278/setiap-hari-kami-harus-bertaruh-nyawa-melewati-jalan-yang-seperti-kali-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke