Salin Artikel

Sekolah Ambruk Dihantam Angin, Murid Belajar di Bawah Pohon, Batu Jadi Meja

MAUMERE, KOMPAS.com - Bangunan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) Cerdas Anak Bangsa Wairbukan, Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, ambruk diterjang hujan badai, Maret 2020 lalu. 

Hujan badai itu memporakporandakan semua bagian bangunan sekolah tersebut. Bahkan, kursi, meja, dan papan tulis pun rusak akibat bencana itu.

Oktavia (45), guru PLK cerdas Bangsa Wairbukan, mengatakan, bangunan PLK itu semuanya menggunakan kayu. Hal itu menyebabkan bangunan mudah roboh saat ada hujan badai.

Oktavia menyebut, sejak Maret lalu hingga saat ini, bangunan yang roboh itu belum diperbaiki.

“Sampai saat ini, bangunan belum diperbaiki. Jadi, kami sementara belajar di bawah pohon saja. Kami cari pohon supaya anak-anak bisa belajar dengan nyaman di tempat yang teduh,” ungkap Oktavia kepada Kompas.com, melalui sambungan telepon, Kamis (26/11/2020) sore.

Oktavia melanjutkan, agar bisa tulis, anak-anak merayap di batu sebagai pengganti meja yang ada di bawah pohon.

Sementara guru berupaya menempel papan tulis di pohon asam dan jambu mente yang berada di sekitar sekolah itu.

”Di bawah terik matahari pun anak-anak tetap tekun ikut mata pelajaran. Semangat mereka tidak pernah surut meski dengan situasi sulit saat ini. Guru juga ada yang menyiapkan kertas manila yang sudah lengkap dengan tulisan materi ajar, sehingga sampai di sekolah tinggal tempel di pohon dan jelas kepada anak-anak,” ujar Oktavia.

Bernadus Brebo, Ketua RT sekaligus orangtua siswa PLK Wairbukan, Bernadus Brebo, pun membenarkan bangunan sekolah itu ambruk dihantam hujan angin pada Maret lalu.


Bangunan yang terdiri dari 6 ruang kelas itu rata tanah dalam kejadian itu.

“Ambruk semua bangunan itu. Kursi meja dan perlengkapan sekolah sudah rusak. Sementara waktu anak-anak belajar di gedung posyandu dan di pohon mente dan asam yang ada di dekat sekolah. Sedih memang, tetapi, mau bagaimana lagi,” ungkap Bernadus.

Bernadus mengatakan, bangunan sekolah itu memang mudah ambruk karena bukan terbuat dari semen.

Bangunan sekolah itu berdinding bambu, tiangnya kayu lamtoro, berlantai tanah, dan beratapak seng.

Bangunan sekolah itu lebih banyak swadaya orangtua murid. Mulai dari kayu hingga pelepuh bambu, yang dari pemerinntah hanya berupa seng.

Terhadap bangunan yang sudah ambruk itu, Bernadus menyebut, pihak sekolah dan orangtua sudah berdiskusi untuk membangun kembali bangunan PLK itu.

“Intinya komunikasi. Bagaimana caranya agar para guru dan anak-anak bisa kembali belajar dengan aman dan nyaman. Harapannya, ada perhatian dari pemerintah untuk bisa kembali membangun gedung untuk PLK Wairbukan,” ujar Bernadus.

https://regional.kompas.com/read/2020/11/26/20100471/sekolah-ambruk-dihantam-angin-murid-belajar-di-bawah-pohon-batu-jadi-meja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke