Salin Artikel

Pegiat Lingkungan Jepang Sebut Hutan di Indonesia Banyak yang Rusak

Menurut pegiat lingkungan asal Jepang ini, salah satu faktornya adalah akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Hal itu ia ungkapkan Makoto pada Kompas.com pada acara penanaman 10.000 bibit pohon bersama perusahaan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, International Tropical Timber Organization (ITTO), Belantara Foundation di kawasan hutan konservasi Giam Siak Kecil di Desa Teluk Rimba, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, Selasa (3/9/2019).

"Hutan Indonesia kalau dilihat sepintas semuanya hijau kelihatan banyak sekali. Tetapi kalau masuk ke dalam, kelihatan banyak yang rusak dan perlu diperbaiki lebih bagus lagi," ungkap Makoto.

Dia mengatakan, kerusakan hutan kebanyakan terjadi akibat karhutla. Makoto mencontohkan, seperti kebakaran yang terjadi di hutan Amazon saat ini sangat parah, yang menjadi perhatian banyak orang.

"Kebakaran ini munculnya karena buka lahan dengan cara dibakar," kata Makoto.

Begitu juga dengan kebakaran hutan dan lahan, yang saat ini masih terjadi di wilayah Riau.

Makoto menuturkan, jika hutan dikelola dari segi ekonomi saja, maka akan terjadi kerusakan terhadap hutan. Untuk itu, harus ada keseimbangan.

"Harus selalu ada keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan. Tiga hal ini harus betul-betul dijaga keseimbangannya," ujar Makoto.

Oleh karena itu, kata dia, penanaman pohon sangatlah penting untuk menjaga kelestarian hutan.

"Kalau dilihat dari Indonesia ada program tanam satu miliar, kalau tidak salah. Jika dihitung rata saja, penduduk Indonesia kan ada sekitar 260 juta jiwa dengan usia berbeda-beda. Katakan saja satu orang tanam 10 pohon, itu sudah mencapai target," sebut pria berusia 69 tahun ini.

Untuk itu, dia berharap dengan adanya program penanaman pohon tahunan di konservasi Giam Siak Kecil di Kabupaten Siak ini, ke depannya kawasan hutan lebih terjaga.

https://regional.kompas.com/read/2019/09/03/22331971/pegiat-lingkungan-jepang-sebut-hutan-di-indonesia-banyak-yang-rusak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke