Salin Artikel

Adu "Kuat" Jokowi-Ma'ruf Vs Prabowo-Sandi di Sumut

Namun, celah yang harus disikapi dan diatur strateginya oleh kedua kubu hingga 17 April nanti, terutama untuk tim sukses, salah satunya adalah swing voters.

Kalau dirata-ratakan secara statistik, menurutnya Jokowi-Ma'ruf unggul sedikit dibanding Prabowo-Sandi. Namun, ini tidak menjadi jaminan menang.

"Harusnya sebagai petahana, Jokowi unggul mutlak, paling tidak di atas 60 persen. Tapi hasil survei tidak segitu, paling kalau dia unggul hanya 50 persen. Anggap saja ini berimbang, tinggal celah itu," kata Agus.

Di Sumut, swing voters berada di angka 16 sampai 17 persen dan akan bermain di detik-detik terakhir. Dia menilai kesempatan ini yang harus diambil kedua kandidat untuk mendongkrak elektabilitas.

Tinggal bagaimana kerja tim sukses untuk menarik simpati pemilih. Soal gelar, marga dan basis massa di pantai barat, menurut Agus, tidak akan berpengaruh banyak.

Untuk pantai barat, sebagian adalah basis Partai Gerindra, dan bagian lain basis PDI-Perjuangan.

"Kalau pantai barat kita ambil wilayah Tabagsel saja, ini kan, basis Gerindra. Taput sekitarnya sampai Kepulauan Nias ini wilayah PDI-P, jadi berimbang," ucapnya.

Pendukung Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah Pengaruhi Suara Prabowo-Sandi 

Ditanya apakah para pendukung Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah atau dikenal dengan pasangan "Eramas" ini akan menjadi peluang mendongkrak suara untuk paslon 02, Agus mengiyakan.

Saat Pemilihan Gubernur Sumut 2018, pasangan Eramas diusung salah satunya oleh Gerindra.

"Kalau ini benar, kalau untuk Sumatera Utara, terutama di pantai timur. Itu berpengaruh terhadap dukungan paslon 02, kecuali seperti yang saya bilang tadi. Wilayah pantai barat, utara sampai kepulauan Nias, kita sudah bisa prediksi di atas 70 persen Jakowi unggul di sana," ujarnya.

Kalau ingin mentracking suara 02, kata Agus, tinggal melihat kilas balik kemenangan Eramas saja. Pada Pilkada Sumut 2018, hasil rekapitulasi dari 33 kabupaten dan kota di Sumut menyatakan pasangan ini menang dengan 3.291.137 suara atau 57,58 persen.

Kemenangan ini didulang dari 17 kabupaten. Suara terbanyak berasal dari Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, dan Kabupaten Langkat. 

Sedangkan rivalnya Djarot Saiful Hidayat-Sihar sitorus yang saat itu diusung PDI-P, merajai suara dari Kabupaten Tapanuli Utara, Karo, dan Dairi. Di Kota Medan, Eramas gilang gemilang di 21 kecamatan dari 25 kecamatan yang ada.

Partai koalisi pendukung yaitu Partai Gerindra, Golkar, PKS, PAN, Hanura, Nasdem, dan Perindo sejak awal sudah menargetkan akan memeroleh lebih dari separuh suara warga Sumut.

Agus mengatakan, dari survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan, suku Jawa, Melayu, dan umat Islam adalah basis massa dan kantong-kantong suara unggulan Eramas. Di suku Jawa, base-nya 33,5 persen, pasangan ini pecah rekor 64,2 persen.

Di pemilih Melayu dengan base 4,8 persen, Eramas unggul 79,3 persen. Paling telak, di basis umat Islam, base 64,7 persen, Eramas meraih 65,2 dukungan. Pasangan ini juga menguasai delapan daerah pemilihan (dapil) dari 12 dapil yang ada di Sumut. 

"Pilpres kali ini lebih seru dibanding 2014 lalu karena orang beranggapan dengan posisi petahana Jokowi, dia punya peluang lebih besar. Ternyata, punya peluang, tapi kalaupun misalnya menang tidak seperti di 2014," kata Agus.

Jokowi dan Prabowo Punya Peluang yang Sama

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Arifin Saleh Siregar mengatakan, masing-masing paslon punya peluang untuk jadi pemenang, tapi dirinya tidak berani mempersentasekannya.

Menurut Arifin, basis suara paslon 02 berada di wilayah perkotaan yang didominasi umat Islam. Paslon 01 di wilayah mayoritas Kristen dan perdesaan. 

"Sebenarnya dari kali-kali atau indikator, banyak pihak yang sudah bisa memperkirakan siapa yang akan memenangkan pilpres di Sumut. Politik identitas tidak bisa dihindari dan sulit dibantah. Kita lihat fenomenanya di masyarakat, mungkin masih terpola atau imbas dari pilgubsu kemarin," kata Arifin.

Sebagian Pendukung "Eramas" Berpaling ke Jokowi-Ma'ruf

Namun, migrasi pendukung Eramas ke paslon 01 juga kelihatan. Arifin mengatakan, bisa dilihat dari perkembangannya di media sosial. Banyak yang sudah terang-terangan mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ini yang membuatnya sulit memprediksi siapa yang akan jadi pemenang di Sumut karena kedua paslon punya basis masing-masing yang solid. 

"Menurut aku, penentunya itu sebenarnya ada di masyarakat akar rumput yang hari ini masih sulit terjangkau informasi. Ini ada di kelompok-kelompok perdesaan yang relatif jauh di pelosok," sambungnya.

Kedua paslon menyadari ini adalah lumbung suara yang bisa mendongkrak angka secara signifikan. Kalau kelompok milenial yang melek politik dan teknologi, apalagi milenial yang peduli terhadap pemilu.

Arifin mengatakan, menjadi kelompok kelas menengah ke atas yang kecenderungan trennya ke paslon 02. Tapi ini tidak bisa dikatakan mayoritas. 

"Menariknya di Sumut ini, masyarakatnya cukup heterogen. Baik latar belakang kesukuan, pekerjaan, pandangan politik. Kalau agama sudah jelas, ya," ucapnya.

Kalau swing voters, menurutnya, sudah tidak perlu digarap lagi karena fenomenanya akan berubah menjadi kelompok yang tidak akan memilih atau golput.

Jadi kalaupun saat ini dikatakan persentasenya berada di belasan persen, di pemilu nanti akan masuk ke dalam kelompok tak memilih. 

"Tidak jadi ukuran lagi ini, yang jadi penentu adalah masyarakat di pelosok yang minim informasi itu. Memang agak sulit prediksinya," ujar Arifin.

https://regional.kompas.com/read/2019/04/12/07050091/adu-kuat-jokowi-maruf-vs-prabowo-sandi-di-sumut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke