Salin Artikel

Sambut HUT RI, Desa di Sumedang Gelar Balap Tobat

Salah satu kegiatan yang digelar Rabu (16/7/2018) malam adalah lomba membungkus mayat dengan kain kafan. Lomba ini digelar secara berkelompok.

Dalam satu kelompok terdapat empat orang dimana salah satunya harus rela berperan sebagai jenazah. Sementara tiga orang lainnya bertugas untuk membungkus jenazah palsu dengan kain kafan yang sudah disediakan panitia. 

Tidak hanya diikuti oleh bapak-bapak, satu dari empat kelompok peserta lomba ternyata adalah anak-anak usia sekolah yang mewakili remaja masjid As Syuro. 

Setelah sebelumnya kegiatan diawali dengn tausiyah, suasana pun berubah riuh ketika lomba dimulai. Orang-orang yang berperan sebagai jenazah sempat tampak ragu dan malu untuk tidur di atas dipan yang disediakan panitia. 

"Penilaian yang kita tekankan dalam lomba ini bukan kecepatan, tapi lebih kepada kerjasama tim, kerapihan membungkus mayat, ketertiban  (urutan langkah) dalam membungkus mayat dan harus dengan shalat mayat yang khusyu tidak dimain-mainkan," ujar Ketua Panitia Aan Garnadi (53) saat ditemui di lokasi lomba, Rabu malam. 

Meski di awal-awal para peserta terutama anggota tim yang berperan sebagai jenazah tampak canggung, lama kelamaan rasa tersebut hilang. Masing-masing kelompok pun makin serius bekerja membungkus jenazah agar dapat mendapat penilaian bagus dari tiga orang juri. 

Tahap terakhir dalam lomba tersebut adalah melakukan praktik menshalatkan jenazah sesuai syariat Islam. Juri pun menilai bacaan serta gerakan shalat yang dilakukan satu per satu kelompok.

Pemenang lomba membungkus jenazah ini akan diumumkan pada puncak acara kegiatan peringatan HUT RI Ke-72 di lapangan RW 03 Desa Mekarbakti pada tanggal 26 Agustus 2017 mendatang. 

"Membungkus mayat dengan kafan ini wajib diketahui semua orang.  Keluarga terdekat jenazah wajib mengetahui tata cara mengurus jenazah. Kalau sekarang kan misalnya ada yang meninggal mau enggak mau nunggu ustaz untuk mengurus jenazah," kata Aan. 

"Minimal warga dapat ilmu yang sama dan  tahu bagaimana caranya mengurus jenazah. Selain itu mereka juga tahu bagaimana tata cara shalat jenazah dan bacaannya. Jangan  bisanya cuma ikut gerakan saja tapi bacaannya enggak bisa," tambah dia. 

Salah satu peserta, Iwan Setiawan (17) mengaku sempat takut pada awalnya ketika dirinya diminta berpura-pura menjadi jenazah. "Deg-degan, takut keterusan (mati). Terpaksa jadi mayat, habisnya enggak ada yang mau, " sebutnya.

Meski demikian, Iwan mengaku mendapat pencerahan setelah berperan menjadi jenazah.  "Saya tobat lah Insya Allah. Jadi ingat sama kematian," ucapnya. 

Peserta lainnya, Ridwan Maulana (20), mengatakan hal serupa dengan Iwan.  "Deg-degan, campur-campur rasanya, ada bingung ada ngeri juga. Tapi alhamdulillah jadi nambahh ilmu," kata Ridwan.  

https://regional.kompas.com/read/2017/08/17/07363531/sambut-hut-ri-desa-di-sumedang-gelar-balap-tobat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke