Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMA Taruna Nusantara Lakukan "Trauma Healing" Para Siswa

Kompas.com - 04/04/2017, 07:07 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Pihak SMA Taruna Nusantara (TN) Magelang berupaya memulihkan psikologi siswa dengan melakukan trauma healing pasca-tragedi pembunuhan siswanya yang terjadi Jumat (31/3/2017) lalu.

Sekolah membentuk tim khusus, terdiri dari beberapa guru Bimbingan Konseling (BK), Psikolog dan Psikiater profesional.

"Mulai Minggu malam proses trauma healing berlangsung, kami mulai identifikasi, siswa yang (trauma) agak berat, yang cemas, sangat sedih, kecewa, ada juga yang biasa saja," ungkap Kepala Humas SMA TN Cecep Iskandar, Senin (3/4/2017).

Baca juga: Siswa SMA Taruna Nusantara yang Tewas Dikenal Tak Neko-neko Semasa Hidupnya

Cecep belum memastikan jumlah siswa yang mengalami trauma berat pasca-kejadian itu. Hanya saja ada 35 siswa yang tinggal di barak tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan.

Mereka sementara diungsikan ke rumah masing-masing pamongnya (pendamping) sampai proses hukum kasus ini selesai.

Menurut dia, sejauh ini tidak ada siswa yang berniat untuk keluar dari SMA TN. Namun ia tidak memungkiri jika ada beberapa siswa yang berkeinginan untuk pulang pasca-tragedi Jumat (31/3/2017) itu.

"Ada yang pengen pulang. Tapi tentu tidak kami perbolehkan karena itu sebagai bentuk kecemasan atau trauma yang mereka alami," sebutnya.

Begitu juga ada sebagian orang tua siswa yang khawatir akan kondisi anaknya pasca kejadian itu. Bahkan, ada beberapa yang meminta pada pinak sekolah, untuk membawa anaknya pulang ke rumah. Namun permintaan itu tetap tidak diizinkan demi pemulihan kondisi psikologi siswa sendiri.

"Permintaan itu tidak bisa kami kabulkan. (Trauma healing) ini bentuk tanggung jawab kami, kami memberikan pelayanan terapi untuk memastikan siswa benar-benar pulih, tidak ada dampak negatif terhadap siswa atas kejadian ini," paparnya.

Proses trauma healing yang dipimpin oleh psikiater dari Universitas Diponegoro Semarang itu berlangsung melalui konsultasi secara umum dan berbincang-bincang pribadi.

Trauma healing yang diterapkan pada masing-masing anak juga berbeda, tergantung kondisi terakhirnya.

"Dalam taraf tertentu, satu atau dua hari sudah ada yang selesai. Ada juga yang perlu waktu satu minggu, bahkan satu bulan. Tapi, sejauh ini saya melihat tidak ada anak yang mengalami trauma parah, sekarang saja sudah tampak enjoy," katanya.

Adapun jumlah siswa SMA TN saat ini tercatat ada 1.106 siswa, dengan rincian kelas 12 ada 360 siswa, kelas 11 ada 365 siswa dan kelas 10 ada 381 siswa.

Baca juga: Ini Motif Pembunuhan Siswa SMA Taruna Nusantara

Kepala Sekolah SMA TN Usdiyanto menambahkan trauma healing juga diterapkan pada tersangka yang juga merupakan siswa SMA tersebut. Hanya saja terapi dilakukan oleh pihak kepolisian, dan pihak keluarga.

"Siswa yang jadi saksi juga didampingi, kami siapkan jika nanti sampai persidangan," ujar Usdiyanto.

Usdiyanto menuturkan hal penting pasca-kejadian ini adalah memulihkan kondisi psikologi siswa-siswa di sekolah tersebut agar kembali kondusif seperti sedia kala.

Pihaknya pun mendatangkan psikolog dan psikiater profesional. Bahkan, tidak sedikit para alumni yang sukarela datang untuk memberikan terapi.

"Bagi kami sekarang fokus mengembalikan kondisi siswa. Saya katakan pada mereka: 'Kalian ini hebat, orang yang hebat itu bukan seberapa diperoleh tapi seberapa dia menghadapi masalah. Kalian jangan lari dari masalah, kita hadapi dengan cerdas, arif, dan berserah pada Tuhan'," ujarnya.

Baca juga: Jadi TKP Pembunuhan, Barak 17 SMA Taruna Nusantara Akan Direnovasi

Kompas TV Rekonstruksi Kasus Pembunuhan SMA Taruna

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com