Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sawah Diserang Burung dan Tikus, Petani Gagal Raup Untung Jutaan Rupiah

Kompas.com - 19/07/2016, 12:02 WIB
Junaedi

Penulis

PINRANG, KOMPAS.com - Ratusan hektar padi di Kelurahan Benteng Sawitto, Kecamatan Paleteang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, tak bisa dipanen pemiliknya karena bulir padi kering dan hampa akibat diserang hama tikus. Petani mengalami gagal panen dan merugi hingga jutaan rupiah setiap hektar.

Harapan petani meraup untung hingga Rp 40 juta per hektar pun kandas. Mereka bahkan sudah kehilangan biaya operasional, seperti biaya pengolahan lahan, tanam, pengadaan bibit, pupuk, racun pestisida, dan sarana produksi lainnya.

Beragam cara telah dilakukan petani untuk meredakan serangan tikus, mulai dari berburu tikus secara manual hingga menggelar ronda malam agar tanaman mereka selamat dari pengerat. Namun, tikus-tikus itu tetap menyerang siang dan malam.

"Sudah tak ada yang bisa diharapkan, batang badi mati dan kering diserang hama tikus sebelum buahnya sempat matang," kata Muhammad rudi, seorang petani, Selasa (19/7/2016).

Guna menyelamatkan padi yang belum terserang hama tikus di sekitar lokasi tersebut, para petani terpaksa harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk membeli jaring pengaman seharga ratusan ribu rupiah.

Jaring ini dipasang di sekeliling pematang sawah agar kawanan tikus tak bisa masuk dan menyerang tanaman padi mereka.

Petani juga harus memasang patung-patung manusia di tengah sawah untuk menghalau burung yang hendak memakan padi-padi petani.

Sejumlah petani lainnya memasang beragam alat bunyi-bunyian untuk mengusir kawanan tikus atau burung yang menyerang tanaman padi mereka.

Belum cukup dengan cara tersebut, para petani juga mengerahkan anak-anak mereka pada siang hari untuk berkeliling atau mengitari areal persawahan, sambil memukul potongan bambu, kaleng kosong atau seng bekas, agar tikus dan burung tidak berani mendekat ke lahan padi petani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com