Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Pun Berdesakan demi "Berkah" di Grebeg Syawal Yogyakarta

Kompas.com - 07/07/2016, 15:11 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga Yogyakarta dan wisatawan berdesak-desakan demi mendapatkan hasil bumi yang disusun di gunungan dalam acara Grebeg Syawal di halaman kantor Kepatihan, Kamis (7/7/2016).

Sekitar pukul 11.00 WIB, ketujuh gunungan, yakni tiga buah gunungan Lanang, satu gunungan Putri, satu gunungan Darat, satu gunungan Gepak dan satu gunungan Pawuha dibawa ke Puro Pakualaman, Masjid Gede Kauman dan Kantor Kepatihan.

(Baca juga: Grebeg Syawal yang Selalu Dinanti di Yogyakarta)

Lima gunungan dibawa ke Masjid Gede Kauman, satu gunungan dibawa ke Puro Pakualaman dan satu gunungan lagi dibawa ke kantor Kepatihan.

Rombongan yang menuju kantor Kepatihan dikawal dua ekor gajah dari Kebun Binatang Gembira Loka.

Tepat di belakangnya, terdapat barisan Bregodo Prajurit Bugis berpakaian hitam lengkap dengan tombak panjang. Setelah itu, terdapat gunungan Lanang yang diusung oleh para abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Setibanya di Pendopo Kantor Kepatihan, rombongan disambut para pejabat Pemda DIY berpakaian Jawa lengkap. Gunungan lantas diserahkan oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Widyo Condro Ismoyo Ningrat sebagai wakil dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kepada Didik Purwadi Asisten Keistimewaan.

Setelah didoakan, gunungan Lanang lantas dibawa ke halaman Kapatihan. Warga dan wisatawan yang hadir sudah bersiap untuk berebut. Sesaat setelah diletakkan, warga dan wisatawan langsung berlarian ke arah gunungan Lanang.

Mereka rela berdesak-desakan demi mendapatkan hasil bumi yang tertancap di gunungan. Beberapa warga yang berhasil memanjat gunungan mencabut hasil bumi yang ada di atas lalu melemparkan ke belakang.

Warga yang tidak dapat mendekat pun langsung memperebutkan hasil bumi yang jatuh di tanah.

Berdasarkan kepercayaan, siapa yang berhasil mendapatkan hasil bumi yang tertancap di gunungan akan mendapatkan berkah dan jika ditanam di sawah akan mendatangkan kesuburan.

"Ya desak-desakan, Ini saya dapat kacang panjang," ujar Wartilah, warga Bantul, saat ditemui di halaman Kantor Kepatihan.

Watilah menuturkan, rencananya, setelah tiba di rumah, kacang panjang tersebut akan diletakkan di atas pintu rumahnya sebagai tolak bala.

"Kata orang-orang tua dulu, dipasang di atas pintu untuk nolak bala," ucapnya.

Sementara itu, Ridwan, salah satu wisatawan asal Jakarta, mengaku turut berdesak-desakan untuk berebut isi gunungan karena penasaran.

"Ikut berebut, pengen merasakan susananya. Enggak tahu untuk apa, tapi akan saya simpan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com