Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes Inggris Dorong Negara-negara Muslim Belajar Pluralisme dari Indonesia

Kompas.com - 25/02/2016, 04:35 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com - Indonesia dianggap penting bagi masa depan dunia dalam mendukung langkah- langkah penanganan isu internasional, khususnya ekstrimisme, radikalisme dan terorisme.

Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengakui salah satu tugasnya di Indonesia adalah belajar tentang pluralisme dan menjalin kerjasama dengan negara Indonesia untuk menciptakan perdamaian dunia.

"Karena serangan (terorisme) ini sudah terjadi dimana-mana, Inggris, Turki, Perancis dan di Jakarta sendiri. Jadi semua menderita, ada resiko diseluruh dunia," ungkapnya di hadapan puluhan santri pondok pesantren (Ponpes) Edi Mancoro, di Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Rabu (24/2/2016).

Menurut dia, tak ada satupun negara di dunia ini yang mampu menangani permasalahan radikalisme serta terorisme sendirian. Bakan negara- negara yang sudah maju dan kuat sekalipun.

"Tidak ada negara yang punya solusi sendiri, yang punya ilmu atau teknologi untuk mengatasi terorisme. Maka dari itu Inggris berkomitmen bekerjasama dengan Indonesia," jelasnya.

Indonesia dinilainya juga berbeda dengan negara Islam lainnya. Karena lebih demokratis, moderat, plural dan toleransi beragamanya yang kuat. Cara beragama di Indonesia dan kehidupan umat di Indonesia bisa menjadi contoh yang bisa dipelajari oleh umat Islam di Inggris, Eropa bahkan umat Islam di seluruh dunia.

"Saya melihat di Asia Tengah dan Asia Timur, secara (pemahaman) agama lebih sempit, lebih keras karena dipengaruhi tren radikalisme dari Timur Tengah," katanya.

Karena itu, melalui kunjungan ke ponpes dan sejumlah lembaga pendidikan Islam yang sudah dilakukannya saat bekunjung ke Jawa Tengah ini cukup penting. Karena ia bisa belajar lebih jauh bagaimana Islam di Indonesia ini.

Ia juga akan mendorong pemimpin agama dan pemimpin politik di Indonesia untuk membagikan pengalamannya. "Khususnya negara-negara muslim, (mungkin) bisa didorong untuk belajar dari pengalaman Indonesia," kata Moazzam.

Sementara itu, Ketua Yayasan Edi Mancoro, Muhamad Hanif memaparkan bahwa pesantrennya selalu mempraktikkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin,  bukan Islam yang selalu memaksakan kehendak baik kepada umat se- akidah maupun umat lain.

Tak heran banyak tokoh lintas agama yang berkunjung dan belajar di ponpes yang sudah melahirkan banyak tokoh nasional di Indonesia ini.

"Nama pesantren kamipun memakai bahasa jawa, Edi Mancoro. Edi artinya Bagus dan Mancoro artinya menyinari masyarakat," kata Hanif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com