Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Sandeq, Ajang Aksi Perahu Tradisional Tercepat di Dunia

Kompas.com - 17/08/2015, 04:53 WIB
Kontributor Polewali, Junaedi

Penulis

MAJENE, KOMPAS.com - Sandeq, perahu tradisional suku Mandar dengan bentuk runcingnya yang khas, merupakan salah satu ikon pariwisata maritim kebanggaan masyarakat Sulawesi Barat. Untuk memperingati HUT ke-470 kota Majene dan HUT ke-70 RI, Pemerintah Kota Majene pun mengadakan Festival Sandeq.

Belasan pelaut ulung dari berbagai kecamatan di Majene adu kemampuan berlayar untuk menaklukkan angin dalam festival tahunan ini. Pembukaan Festival Sandeq yang selalu menyedot perhatian dan minat wisatawan ini ditandai dengan suara tembakan di Pantai Labuang, Majene, Minggu (16/8/2015).

Meski rute yang ditempuh perahu bercadik itu hanya sepanjang tepian Pantai Majene, ini tak mengurangi antuasiasme para wisatawan menyaksikan para pelaut ulung itu dalam bertarung merebutkan Piala Pemda Majene itu.

Perahu sandeq selama ini kerap dianggap sebagai perahu tradisonal tercepat yang pernah ada di Austronesia, bahkan disebut sebagai yang tercepat di dunia. Kecepatannya bisa mencapai 15 sampai 29 knot. Peneliti maritim asal Jerman Horst H Liebner, menemukan bahwa perahu sandeq memiliki ketangguhan dalam menghadapi angin dan gelombang saat mengarungi laut lepas. (Baca juga: Mengenal Perahu Tercepat Sedunia: Sandeq!)

Tak heran jika perahu ini pernah dipilih untuk mewakili Indonesia di ajang Tonnerres Les Spektakuler de Brest Festival 2012 di Bretagne, Perancis. Sebanyak 12 orang berlayar menggunakan perahu sandeq, bergabung dengan 2.500 kapal layar dari seluruh dunia, pada 13-19 Juli 2012 silam.

Perahu sandeq juga menjadi salah satu aset nasional yang telah dipamerkan di Paris, Perancis. Di museum d’Histoire Naturelle, perahu sandeq dipajang dalam instalasi berjudul “Semangat Mandar”. Desain perahu ini dikabarkan berusia 3.000 tahun, dan menjadi salah satu yang tertua dalam sejarah maritim Indonesia.

Perhelatan sandeq sendiri dimulai sejak 1995 yang dipelopori oleh Horst H Liebner. Hingga kini, acara itu tetap digelar sebagai ajang pariwisata budaya maritim. Festival Sandeq yang terus menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara ini telah menjadi salah satu industri pariwisata budaya yang diakui cukup menggerakkan sektor-sektor lainnya, terutama selama acara digelar.

Sayangnya, aset pariwisata kebanggaan masyarakat Sulbar itu terkesan tidak dikelola secara profesional, untuk menarik minat wisatawan lokal maupun asing. Banyak wisatawan asing kerap kecewa lantaran jadwal yang tidak pasti.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata majene, Abdul Hamid menjelaskan, tujuan festival tahunan ini seharusnya jadi bagian dari upaya melestarikan peradaban Suku Mandar. Festival juga diharapkan dapat mewariskan semangat bahari moyang Suku Mandar, pelaut yang terkenal ulung dan pantang menyerah.

“Sandeq adalah warisan budaya nenek moyang orang Mandar yang terkenal sebagai pelaut ulung dan semangatnya patut diwariskan kepada generasi muda," ujar Abdul Hamid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com