Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Ahok, FPI Diundang Studi Banding ke NTT

Kompas.com - 15/11/2014, 20:40 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com — Penolakan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menjadi gubernur DKI Jakarta dikomentari oleh anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jefry Un Banunaek.

Menurut Jefry, Ketua FPI Habib Rizieq dan anggota FPI lain seharusnya melakukan studi banding ke NTT soal kebinekaan.

"Saya anggota DPRD dari NTT mengundang Habib Rizieq dan FPI untuk datang studi banding ke NTT guna melihat suasana kebersamaan dalam kehidupan yang harmonis. Walaupun kami di NTT mayoritas beragama Kristen, Ketua DPRD kami seorang Muslim. Harus diakui memang ada pro dan kontra, tetapi itu tidak sama seperti yang dilakukan oleh FPI," tekan Jefry.

Politisi muda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang dikenal vokal itu mengatakan, walaupun dikenal sebagai provinsi yang tertinggal, NTT tidak miskin moral. Seharusnya, kata Jefry, sebagai organisasi yang selalu berada di garda depan, FPI dalam setiap aksinya harus menggambarkan hal yang diwakilinya.

"Kami di NTT semakin hari kian terbuka, dan rasa saling menghargai semakin terpupuk. Perbedaan tentunya ada, tetapi itu harus dipakai untuk membangun, bukan malah menjatuhkan," kata Jefry.

Penolakan terhadap Ahok, menurut Jefry, adalah bentuk perlawanan FPI terhadap konstitusi. Oleh karena itu, Jefry meminta FPI segera meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, jika masih ingin menjadi pembela yang benar.

Jefry mengatakan, sudah bukan zamannya lagi membangun bangsa menggunakan otot. Sekarang zamannya menggunakan otak.

Jika bicara ekstrem, kata Jefry, orang NTT dikenal sangat ekstrem karena memang besar di alam yang ekstrem.

"Saya yakin FPI adalah organisasi yang lahir untuk membela yang benar. Hanya, FPI sekarang ini sudah ditunggangi untuk tujuan-tujuan tertentu yang sudah bukan menjadi tujuan awal FPI," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com