Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Di Mana Nuraninya Bupati, Lapak Kami Dibakar Tanpa Lahan Relokasi"

Kompas.com - 17/09/2014, 14:02 WIB
Kontributor Bone, Abdul Haq

Penulis


GOWA, KOMPAS.com
- Ratusan pedagang kaki lima (PKL) pasar Mangngalli, Kecamatan Pallangga, dan mahasiswa menyerbu kantor Bupati Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (17/9/2014). Mereka menuntut dihentikannya penggusuran terhadap lapak dagangan mereka.

Pengunjuk rasa yang datang sekira pukul 11.00 Wita dengan menggunakan puluhan roda dua dan tiga unit mobil pick-up ini langsung menutup pintu gerbang masuk kantor bupati yang terletak di jalan Mesjid Raya, Kelurahan Sungguminasa, Kecamatan Sombaopu.

Sejumlah pedagang membawa serta sayuran serta ikan dagangannya sambil berteriak teriak mengecam tindakan pemerintah.

"Di mana nuraninya bupati? Lapak kami dibakar tanpa ada lahan relokasi. Apakah kami memang mau dibunuh," teriak Daeng Nompo.

Sambil berorasi, para mahasiswa meminta agar pihak pemerintah menyediakan sarana pasar induk khusus di Kecamatan Pallangga lantaran Pasar Bajiminasa yang juga terminal yang menjadi tempat relokasi tak mencukupi bagi keseluruhan pedagang.

"Kami meminta agar disediakan pasar induk karena memang seluruh kecamatan di Gowa telah memiliki pasar induk kecuali Kecamatan Pallangga," teriak Hendri, koordinator lapangan.

Setelah berteriak-teriak menyampaikan kekesalannya, para pengunjuk rasa kemudian melakukan longmarch ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka menggelar aksi teatrikal dengan menjajakan sayuran dan ikan busuk di depan para anggota dewan yang baru saja dilantik.

Para pedagang kemudian diundang ke ruang penerimaan aspirasi untuk menyampaikan segala tuntutannya. Pihak DPRD menilai bahwa penggusuran PKL memang melanggar hak asasi manusia (HAM) dan mengaku belum bisa mengambil kesimpulan dan akan dirapatkan.

"Aspirasi ini akan kami sampaikan ke pihak yang berwenang sesuai dengan mekanisme yang ada. Kata Kasim Sila, salah seorang anggota DPRD Gowa.

Penggusuran terhadap lapak PKL telah berlangsung sejak dua pekan terakhir dan kerap diwarnai keributan antar PKL dengan petugas satuan polisi pamong praja (Sat Pol PP). Pemerintah sebenarnya telah menyediakan lahan relokasi, yakni Pasar Bajuminasa dan terminal namun pasar berlantai tiga tersebut belum rampung dan kapasitasnya tak mencukupi untuk menampung para pedagang yang digusur.

Selain itu, harga kios juga dinilai terlalu mahal yakni Rp 7.000.000 dengan luas hanya 80 cm.

"Kami sudah datang kesana tapi diusir karena sudah ada yang punya kios jadi kami tidak dapat tempat. Mana lagi harganya terlalu mahal bagi kami," ungkap Daeng Tanning.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com