Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Tionghoa Ritual Cuci Rupang Jelang Imlek

Kompas.com - 24/01/2014, 21:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com – Sepekan menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2565/2014, warga Tionghoa di Kota Magelang, Jawa Tengah mulai melakukan ritual pembersihan seluruh peralatan di Klenteng atau Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio, Kota Magelang, Jumat (24/1/2014).

Puluhan peralatan atau yang mereka sebut rupang, dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih. Selain rupang, altar serta para Sin Ben/Kiem Sin atau patung dewa-dewi juga cuci dan diperbaiki jika ada yang rusak. Beberapa juga ada yang dicat ulang agar tidak terlihat kusam.

"Pembersihan ini merupakan ritual yang hanya dilakukan setahun sekali menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, tahun ini Imlek jatuh pada tanggal 31 Januari 2014," ujar Wakil Ketua Yayasan TITD, Tan Tjoei Djoeng, di sela pembersihan.

Tan mengatakan, proses pencucian tidak boleh dilakukan sembarangan. Malam hari sebelum pencucian, harus dilakukan sembahyang khusus memohon agar kegiatan bersih rupang berjalan baik dan lancar. Serta sembahyang Punggahan atau Toa Pekong Naik. Sembahyang ini, kata Tan, dilakukan dimana para dewa-dewi diyakini sedang naik ke langit untuk melaporkan semua amal perbuatan manusia di dunia sepanjang setahun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (Shang Tee).

"Dan saat dewa-dewi naik inilah saat seluruh rupang yang ada di klenteng dibersihkan. Satu per satu di cuci sebanyak 16 Kiem Sin, sesuai jumlah altar yang ada di Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) ini," jelas Tan.

Kiem Sin yang menempati altar utama adalah Hok Tek Ceng Sin/dewa tuan rumah dan dikenal sebagai dewa penguasa bumi. Selain dewa bumi (Hok Tik Tjieng Sin), ada juga dewa belas kasih (Kwan Im Poo Sat/Ava Lokite Swara), dewa keadilan (Kwang Kong), Thian Sian Sing Bo (dewa penguasa Air), Kwan Seng Tee (dewa perang), dan Thian Siang Tee (dewa pembasi semua ilmu hitam).

Sembahyang Toa Pekong Naik, lanjut Tan, dilaksanakan dua kali dalam setahun. Pertama pada tanggal 24 bulan 12 Imlek dan yang kedua tanggal 3 dan 4 bulan pertama Imlek. Perjalanan sejak naik hingga turun kembali ke alam ditradisikan selama 10 hari.

"Kami meyakini bahwa pembersihan atau pencucian ini juga bermakna pembersihan hati para umat. Pencucian ini simbol membersihkan fisik, mental, dan nurani manusia untuk memasuki tahun baru nanti," tutur Tan.

Berbagai kegiatan akan digelar oleh pengurus yayasan TITD untuk menyambut Imlek tahun ini. Antara lain sembahyang tutup tahun, sembahyang awal tahun, toa pekong turun dan sembahyang besar. Puncaknya akan digelar saat berlangsung Cap Go Meh atau sepekan setelah Imlek,14 Februari 2014.

Pada Cap Go Meh, ujar Tan, akan melibatkan puluhan kelompok kesenian tradisional di Magelang dan sekitarnya. Ada pulan kirab Liong Samsi dan pada malam harinya akan ada pesta kembang api dan sembahyang penutupan di klenteng.

"Semoga di tahun baru mendatang, toleransi antar umat beragama di Indonesia dan di Magelang khususnya, tetap terjaga. Seluruh umat manusia terjaga dari musibah maupun bencana alam yang sampai saat ini terjadi," pungkas Tan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com