Hal tersebut diungkapkan salah seorang keluarga dekat Milikheur yang enggan namanya dipublikasikan, kepada Kompas.com, Rabu (25/12/2013) malam. Menurutnya, informasi tersebut disampaikan oleh rekan kerja Milikheur di Malaysia, saat dihubungi melalui telepon seluler pasca-kejadian.
“Menurut cerita temannya yang bekerja satu perusahaan dengan Milikheur mengatakan, kejadian itu berawal ketika Milikheur yang mabuk minuman keras dinasihati Yohanes Un karena mengingat mereka masih hubungan keluarga. Teguran Yohanes itu justru menyulut emosi Milikheur. Dia mengambil parang dan langsung potong Yohanes,” jelasnya.
“Yohanes yang kena potong lalu berteriak minta tolong dan beberapa saat kemudian Milikheur pun langsung melarikan diri. Dua hari kemudian Milikheur ditemukan tewas mengambang di di air (danau). Itu semua informasi dari teman-teman dan juga keluarganya di Malaysia,” lanjutnya.
Hingga kini, menurutnya, pihak keluarga di Desa Ainan sedang menunggu pemulangan jenazah Milikheur dari Malaysia.
Dihubungi secara terpisah, Camat Musi, Alexander Tabesi membenarkan infomasi tersebut. "Ya, memang seperti itu informasi yang kita dapatkan dari keluarga Milikheur yang katanya korban sebelumnya sempat potong iparnya pakai parang. Tetapi untuk mengetahui informasi yang lebih jelas dan pasti, kita akan tahu setelah jenazahnya tiba di sini,” kata Alexander.
Dia berharap pihak kepolisian Malaysia secepatnya mengusut tuntas kasus tersebut sehingga bisa diketahui penyebab pasti korban meninggal. "Informasi yang kita dapatkan dari pihak konsulat Indonesia di Malaysia katanya jenazah Milikheur akan dikirim awal tahun 2014 dan itu semua sudah diurus oleh pihak konsulat karena Milikheur adalah TKI resmi,” pungkas Alexander.
Sementara itu perusahaan jasa tenaga kerja yang memberangkatkan Milikheur, hingga berita ini ditayangkan belum bisa dikonfirmasi. Direktur Utama PT Citra Bina Tenaga mandiri, Elvis Liyanto yang dihubungi Kompas.com via telepon genggangnya, tidak diangkat. Begitu pun pesan singkat yang dikirim, belum juga dibalasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.