Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Semaan", Tradisi Muslim Magelang Selama Ramadhan

Kompas.com - 16/07/2013, 13:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — Masjid Jami atau Masjid Agung Kauman Kota Magelang seakan tidak pernah sepi dari kegiatan positif untuk mengisi waktu di bulan Ramadhan. Salah satunya adalah tradisi membaca dan mendengarkan pembacaan Al Quran secara bersama-sama atau dikenal dengan nama "semaan" Al Quran.

Konon, tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1956 silam. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan warga, tidak hanya dari Kota Magelang, tetapi juga luar kota, seperti dari Kabupaten Magelang, bahkan dari luar Magelang, seperti Temanggung, Wonosobo, dan Purworejo.

Mayoritas jamaah semaan adalah para orangtua lanjut usia. Meski demikian, mereka masih terlihat semangat untuk mengikuti kegiatan yang digelar setiap hari seusai shalat dzuhur selama 23 hari di bulan Ramadhan.

Menurut sesepuh yang juga kepala takmir Masjid Agung Magelang, H Djauhari (80), kegiatan ini selain untuk meramaikan bulan suci, juga untuk mendapat pahala sebanyak-banyaknya di bulan yang penuh berkah ini.

"Tradisi semaan termasuk kegiatan yang rutin dilakukan di sini (Masjid Agung), tradisi ini tidak pernah terputus,” ungkap Djauhari awal pekan ini.

Aktivitas semaan ini, kata Djauhari, dilaksanakan setiap hari seusai shalat dzuhur. Adapun hafiz (orang yang hafal Al Quran) yang membaca sudah ditentukan, yaitu KH Muslim Nawawi Abdul Aziz dari Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, Bantul, Yogyakarta.

"KH Muslim itu adalah putra dari KH Nawawi Abdul Aziz, pendiri Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, Bantul, Yogyakarta, yang merupakan pelopor tradisi semaan di Masjid Agung Magelang," kisah Djauhari.

Djauhari melanjutkan, pada kegiatan semaan itu, KH Muslim akan membacakan ayat-ayat suci Al Quran secara hafalan. Para jemaah kemudian menyimak bacaan tersebut dan apabila ada kesalahan bisa langsung diingatkan.

"Setiap hari bisa dibaca sebanyak 2 juz dan ditarget bisa khatam dua kali selama 23 hari," jelas Djauhari lagi.

Sejak tradisi tersebut dimulai, sebut Djauhari, jemaah semaan Al Quran selalu ramai, bahkan sudah menjadi agenda rutin yang tidak boleh terlewat bagi para jamaah.

Meski kebanyakan jemaah adalah para orangtua paruh baya dan lansia, banyak juga di antara mereka adalah remaja.

"Ke depan sebisa mungkin tradisi ini akan terus kita pertahankan sampai anak-anak dan cucu kita nanti," harap Djauhari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com