Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Street Art, Tak Sekadar Kotori Tembok Jalanan

Kompas.com - 28/06/2013, 18:10 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com – Berawal dari keinginan untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang street art  yang dipadankan dengan vandalism atau tindakan yang merusak lingkungan, empat anak muda asal Kota Magelang Jawa Tengah menggelar pameran karya street art di Rumahkoe Art Coffee, Kota Magelang, 29 Juni – 13 Juli 2013 mendatang.

Mereka adalah Raka Adhityatama, Isnain Bahar Sasmoyo, Gumilar Lukisani (Grinding), dan Doni Dermawan. Mereka mencoba menunjukkan kepada masyarakat bahwa street art merupakan aktivitas seni rupa dengan media tembok-tembok di jalanan. Bukan merupakan tindakan pengotoran lingkungan.

Isnain Bahar Sasmoyo menjelaskan, street art bagi mereka adalah media ekspresi positif tentang apa yang mereka lihat, dengar dan rasa, baik dari diri mereka sendiri, ataupun dari lingkungan sekitar.

Untuk pameran yang bertajuk Dopamine Attact Art Exhibition itu, mereka memamerkan karya bukan dengan tembok jalanan akan tetapi dengan media kanvas dan triplek.

“Melalui pameran ini kami ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa street art yang kami lakukan bukan vandalism yang sering merusak dan mengotori tembok jalanan. Street art juga bisa dilakukan di media lain seperti kanvas dan tripleks ini," kata Isnain, Kamis (27/6/2013) kemarin.

"Di sini kami ingin menunjukkan bahwa punya karya yang positif, apa yang kami gambar bukan sekedar corat-coret tapi memiliki pesan tersendiri,” sambungnya.

Isnain menyebutkan, dari hampir 40 karya yang terdapat pada triplek dan kanvas dari berbagai ukuran itu, selain dipamerkan, masing-masing karya dibandrol dengan harga rata-rata Rp 500 ribu.

Isnain mengakui, kegiatan tersebut memang berawal dari hobi corat-coret. Mereka juga tidak menyangkal bahwa sebelum menekuni street art, mereka juga kerap melakukan aksi vandalisme di berbagai sudut Kota Magelang, bahkan sejak tahun 2006.

“Dari situ kemudian kami berpikir bahwa menyalurkan hobi, atau apa yang kita rasakan bisa juga dengan street art. Lantas, kami juga berpikir untuk menggelar pameran karya kami agar lebih dihargai, bukan dicemooh seperti vandalism selama ini,” kata Isnain.

Ditambahkan Gumilar Lukisani (Grinding), setiap media street art mempunyai cara dan kepuasan tersendiri. Namun demikian, mereka mengakui street art yang dilakukan di tembok atau gedung di jalanan memiliki tantangan tersendiri.

Tidak jarang, mereka harus kucing-kucingan dengan petugas atau warga ketika hendak menggambar. “Kami juga sering dimarahi warga dan petugas polisi,” kelakarnya.

Untuk pameran yang sudah digelar tiga kali ini, imbuhnya, karya yang ditampilkan memang tidak terfokus pada tema tertentu. Seluruhnya memiliki tujuan fun atau ungkapan yang sedang dirasakan. Seperti tentang musik, manuver skateboard, karakter monster, ragam toys, dan lain-lain. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com