KOMPAS.com - Liviya (17), korban selamat banjir bandang lahar di Agam, Sumatera Barat, menceritakan detik-detik bencana di Sumbar tersebut datang pada Sabtu (11/5/2024) malam.
Saat itu, ia dan teman-temannya sedang rapat bersama muda-mudi lainnya di Surau Kasiak An Nur, Simpang Bukik, Bukik Batabuah, Agam.
Hujan lebat mengiringi rapatnya malam itu. Lalu tiba-tiba air besar datang.
Baca juga: Permudah Koordinasi Bencana, Gubernur Sumbar Berkantor di Bukittinggi
"Jadi saat mulai besar itu, disuruhlah salah seorang teman untuk sesekali memantau aliran air," kata Liviya dikutip dari Tribunnews, Rabu (15/5/2024).
Sekira pukul 22.00 WIB, teman yang memantau air berteriak bahwa ada air besar tiba.
"Kami pun lari keluar untuk menyelamatkan diri," sambung Liviya.
Saat banjir, aliran air terpecah jadi dua arah di bagian jembatan. Satu sisi di bagian bawah jembatan, sisi lainnya air masuk ke arah rumah warga di depan Surau Kasiak An Nur.
Baca juga: Total Korban Bencana di Sumbar Bertambah Jadi 52 Orang Tewas
"Saat itu masih kayu-kayu besar saja yang menghantam bangunan, jika diingat bagaimana bunyinya sangat mengerikan, dentumannya seperti gemuruh-gemuruh petir," jelasnya.
Liviya dan empat orang teman lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan menerobos air.
Nahas ia dan teman-temannya justru terbawa arus.
"Saya berlima yang lari bersama-sama, tiga orang cowok dan dua cewek."
"Teman saya yang cowok, ketiganya terbawa arus, tapi tersangkut di kayu-kayu besar yang sebelumnya menghantam, jadi mereka memanjat melalui kayu-kayu itu ke atap rumah orang," tutur dia.
Ia dan temannya ikut terbawa arus dan tersangkut kayu besar.
"Begitu juga saya dengan teman saya Kayla, kami terbawa arus dan tersangkut di kayu-kayu besar."
"Saat tersangkut itu, Kayla kakinya tersangkut kayu, saya bantu kemudian kami naik ke atap rumah warga dengan memanjat kayu-kayu besar yang tersangkut itu," sambungnya.