Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Kompas.com - 06/05/2024, 20:30 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


SEMARANG, KOMPAS.com - Belakangan ramai fenomena heat wave atau gelombang panas yang melebihi 40 derajat celcius di sejumlah negara di Asia Tenggara.

Merespons hal itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ahmad Yani memastikan cuaca panas yang terjadi di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang bukan termasuk fenomena heat wave.

Suhu panas di wilayah Jateng dikarenakan mulai memasuki musim kemarau pada Mei 2024 ini. Sehingga, kelembapan udara terbilang rendah dan terasa panas yang menyengat.

Prakirawan BMKG Stasiun Ahmad Yani, Gempita Icky Dzikrillah menuturkan, heat wave terjadi setiap tahun. Namun, ia menilai fenomena itu hampir tidak mempengaruhi cuaca panas di Jateng belakangan ini.

Baca juga: Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

"Jadi, fenomena heat wave itu sebenarnya setiap tahun terjadi. Untuk dampaknya secara langsung sebenarnya sangat kecil. Untuk cuaca panas yang akhir-akhir ini terjadi itu cenderung disebabkan karena saat ini kita sudah mulai memasuki musim kemarau," kata Icky, saat ditemui di kantornya, Senin (6/5/2024).

Dia mengatakan, kelembapan udara yang relatif rendah secara tidak langsung berpengaruh pada panas matahari yang langsung menyoroti permukaan bumi.

"Di mana untuk kelembapan udara cukup rendah sehingga supply uap air untuk terjadinya pembentukan awan-awan efektif juga cukup rendah, jadi sinar matahari yang menyinari bumi itu direct atau secara langsung masuk ke bumi, sehingga cuaca terasa panas seperti itu," ungkap dia.

Icky mengatakan, sejumlah daerah di Jateng mulai memasuki pralihan musim ke musim kemarau pada Mei 2024 ini. Mulai wilayah Jateng bagian selatan, timur, hingga kawasan pantura.

Sementara Jateng bagian barat dan kawasan pegunungan akan menjadi wilayah yang terakhir dalam peralihan ke musim panas.

"Selain di Jateng bagian selatan, bagian timur, artinya di wilayah Jateng bagian barat, nanti siasanya yang di akhir itu yang masuk di sekitar pegunungan karena memang di wilayah pegunungan ini faktor lokalnya itu cenderung kuat, dikarenakan dari topografi wilayahnya sendiri seperti itu," ujar dia.

Baca juga: Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Mengatisipasi potensi bencana saat musim kemarau, pihaknya meminta masyarakat mulai melakukan penghematan air dan menampung cadangan air.

"Untuk masyarakat yang beraktivitas di siang hari itu terutama di luar ruangan ya saya harap untuk tetap menghidrasi tubuhnya karena kondisi cuaca yang terik kemudian didukung dengan kelembaban yang rendah sehingga bisa. Memungkinkan untuk menyebabkan dehidrasi kepada masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Bocah 13 Tahun Dicabuli Ayah Tiri hingga Hamil, Ibu Korban Tahu Perbuatan Pelaku

Regional
Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Takut Dimarahi, Seorang Pelajar Minta Tolong Damkar Ambilkan Rapor

Regional
Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Cerita Tatik, Dua Dekade Jualan Gerabah Saat Grebeg Besar Demak

Regional
BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

BNPB Pasang EWS dengan CCTV di Sungai Berhulu dari Gunung Marapi

Regional
PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

PPDB SMA/SMK Dibuka Malam Ini, Pj Gubernur Banten Ultimatum Tak Ada Titip Menitip Siswa

Regional
Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Kasus Ayah Bunuh Anak di Serang, Warga Lihat Pelaku Kabur Bawa Golok dengan Bercak Darah

Regional
4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

4 Orang Tewas Ditabrak Mobil Elf di Aceh Timur, Ini Kronologinya

Regional
Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Pilkada Salatiga Rawan Politik Uang, Gerindra Sebut Elektabilitas Tinggi Tak Jaminan Terpilih

Regional
Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Sebelum Bunuh Anaknya, Pria di Serang Banten Sempat Minta Dibunuh

Regional
Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Berantas Judi Online, Ponsel Aparat di Polres Bengkulu Utara Diperiksa

Regional
KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

KAI Tanjungkarang Tutup Perlintasan Sebidang Liar di Martapura

Regional
Ayah di Serang Bunuh Balitanya yang Tidur Pulas, Ada Sang Ibu dan Kakak di TKP

Ayah di Serang Bunuh Balitanya yang Tidur Pulas, Ada Sang Ibu dan Kakak di TKP

Regional
Butuh Uang untuk Judi Online, Remaja 14 Tahun Curi Sepeda Motor

Butuh Uang untuk Judi Online, Remaja 14 Tahun Curi Sepeda Motor

Regional
Mengintip Persiapan Warga Kalibeji Semarang untuk Sambut Jokowi, Lembur Kerja Bakti Selama 4 Hari

Mengintip Persiapan Warga Kalibeji Semarang untuk Sambut Jokowi, Lembur Kerja Bakti Selama 4 Hari

Regional
Santri Tewas Terseret Arus Sungai Saat Bersihkan Alat Potong Hewan

Santri Tewas Terseret Arus Sungai Saat Bersihkan Alat Potong Hewan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com